25 Mac 2004

Sesuatu

aku ingin melakukan sesuatu
aku inginkan sesuatu
sesuatu
ya
sesuatu

DOMPAS IT MEDIA

21 Mac 2004

Pilihanraya Malaysia ke-11

Hari ini rakyat Malaysia menentukan pilihan mereka dala pilihanraya. Suasana di Bandar Masjid Tanah sepi. Perniagaan slow. Di kawasan perkampungan seperti Durian Tunggal, kawasan mengundi tampak agak ramai dan meriah. Siapa akan menang? BN?

18 Mac 2004

Katak atau Kodok, ah...sama saja

Beberapa hari yang lalu saya mendengar pelanggan saya berkata tentang "katak kodok". Saya pun heran karena selama ini saya hanya tahu bahwa katak atau kodok itu sama saja. Orang di jawa sering menyebutnya "kodok" sedangkan orang melayu di Riau menyebutnya "katak". Hari ini saya membaca artikel perihak katak atau kodok di situs indosiar seperti saya kutip sepenuhnya di bawah ini:

Katak atau Kodok, ah...sama saja

Reporter : Arni Gusmiarni - Mahfudz Mabruri
Cameraman : Joni Suryadi - Ahmad Hadiyin

indosiar.com - Suasana malam terlebih di musim hujan disebagian tempat di Indonesia kerap diwarnai dengan suara katak atau kodok. Sebagai binatang malam, katak atau kodok selalu bersembunyi di waktu siang dan baru jika sudah mulai gelap dan banyak serangga berterbangan yang mulai keluar diam-diam untuk mencari nafkah.

Sebagian besar katak adalah hewan nokturnal, dimana untuk melihatnya hanya bisa dilakukan pada malam hari. Waktu yang paling mudah untuk melihatnya adalah ketika mereka mencari pasangan untuk reproduksi.

Diantara ribuan jenis hewan amfibi yang tersebar diseluruh dunia, mungkin hanya kodok sawah Ranakankrifora yang paling kita kenal di Indonesia. Tidak hanya suaranya yang khas, hewan amfibia ini juga mengundang selera orang untuk menyantapnya. Dagingnya menjadi incaran, sehingga muncul para pencari kodok dan juga budidaya katak.

Seperti hari-hari sebelumnya, sebuah rumah di perkampungan Pondok Ungu, Hutan Satria, Bekasi, ramai oleh orang. Mereka adalah kelompok pencari kodok. Sejak siang, beberapa orang diantaranya tengah bersiap menempuh pekatnya malam untuk berburu kodok.

Persiapan yang dilakukan antara lain, memeriksa cabut semacam jala untuk menangkap kodok, memperbaiki anyaman jala yang goyang dan juga menyiapkan patromak sebagai alat penerang.

Para pencari kodok mulai bergerak sore hari sekitar pukul 16.00 dan biasanya akan kembali 12 jam kemudian sekitar pukul 4.00 pagi. Cuaca malam itu cerah, ini menjadi pertanda baik untuk mendapatkan hewan ambifi. Saat-saat seperti inilah kodok berkeliaran dan mudah ditemukan.

Gadini yang biasa disapa Pak Gondrong, telah mencari kodok sejak tahun 1971. Ia memiliki 30 orang anggota yang biasa mengisi malam dengan berburu kodok.

Ada dua jenis kodok yang biasanya dicari banyak orang yakni kodok sungai dan kodok sawah itulah sebutan kodok. Kodok sungai atau kodok batu, biasanya dijumpai di sungai, ukurannya besar dan harganya bisa mencapai 12 ribu rupiah per kilogramnya. Sementara kodok sawah yang ukurannya lebih kecil, cuman laku 7500 rupiah perkilogramnya.

Ketajaman mata bisa dibilang menjadi modal utama para pencari kodok ini. Dengan dibantu cahaya patromak, mereka menyusuri sungai dan pematang sawah memperhatikan dengan seksama hewan buruannya. Pekerjaan yang tak mudah, khususnya membutuhkan kesabaran dan ketelitian dan tenaga yang tidak sedikit.

Tidak jarang mereka harus masuk ke tengah sungai yang lumayan dalam. Ini dengan resiko terseret arus bila mendadak banjir dan juga digigit ular berbisa. Namun sekelompok orang pemburu kodok ini, menganggap resiko sebagai tantangan.

Sebagian pencari kodok ini, sebelumnya sempat mengadu peruntungan di daerah asalnya di Indramayu, Jawa Barat, juga mencari kodok. Namun semakin lama, kodok semakin sulit didapat. Habitat kodok berkurang, sementara pencari kodok justru bertambah.

Hijrah ke Jakarta bukan tanpa alasan. Harga jual kodok di Jakarta lebih tinggi dan kodok pun masih relatif mudah didapat. Kini perburuan kodok tidak hanya di Jakarta, terkadang hingga ke Bogor. Ini semata-mata karena kodok di Jakarta semakin menyusut, seiring berkembangnya kota.

Suara adzan Subuh terdengar saatnya kembali pulang. Biasanya disaat-saat seperti ini, pembeli telah menanti kedatangan mereka. Kelompok pak Gondrong malam itu memperoleh setengah kwintal kodok, kurang lebih sama seperti biasanya. Kodok-kodok ini ada yang dijual hidup-hidup, ada pula yang langsung dikuliti untuk dijual ke pasar.

Terbilang tidak sulit menjual kodok hasil tangkapannya. Pembelinya selalu ada. Umumnya mereka mengkonsumsi daging kodok ini untuk lauk dan obat. Sebagian daging kodok ini ada yang diekspor. Kodok sawah dan kodok batu amat bergantung pada alam. Tidak mudah dibudidayakan. Munculnya pencari kodok ini adalah sebuah jawaban buat mereka yang gemar dan membutuhkan kodok.

Desa Sigasari di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sempat menjadi tumpuan untuk mencari katak lembu di Jawa Timur. Di sini hewan amfibi ini di budidayakan. Awalnya, mereka hanya membudidayakan katak hijau dan katak sawah secara coba-coba. Namun keduanya amat bergantung pada alam, akhirnya budidaya katak ini gagal. Mereka pun langsung berpaling ke katak lembu bull frog ranau.

Dipilihnya katak jenis bull frog ini karena katak impor ini merupakan jenis katak yang biasa di budidayakan untuk diambil dagingnya. Pada tahun 1987, usaha budidaya katak ini ternyata memberikan hasil yang mengembirakan.

Meski sangat telah tumbuh bull frog sudah berhasil dibudidayakan apalagi minat orang untuk menekuni usaha ini tidak otomatis bisa. Kebanyakan ragu dengan peralatan yang membutuhkan perhatian khusus dan indasen.

Masa panen juga relatif lama, dari sekitar 5 bulan. Selain itu, modal awal yang ditanamkan juga relatif besar yang digunakan untuk pembuatan kolam, pembelian bibit dan pemeliharaan.

Namun perlahan melihat kesuksesan para petani katak, akhirnya banyak yang tertarik dengan usaha ini. Tak hanya di Malang, usaha budidaya katak lembu sempat berkembang di berbagai kabupaten di Jawa Timur.

Telah tercatat 600 petani yang melakukan usaha budidaya katak. Meski teknis budidaya katak lembu sudah sepenuhnya dikuasai oleh para petani, tetapi mereka masing sering dihadapi beberapa persoalan penyakit yang menyebabkan kematian.

Katak lembu hasil budidaya di Malang hampir 80% di ekspor keluar negeri, Malaysia, Singapura dan Hongkong. Pengekspornya terbilang masih baik. Sayangnya harga katak lembu masih khawatir, sehingga kadang menciutkan hati para petani.

Pengembangbiakan atau ditangkap di alam, katak atau kodok tetap memiliki peluang. Kelezatan dagingnya mampu melupakan bentuknya yang kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.(Sup/Idh)


indosiar dot com - NEWS