Al-Quran menyebut tentang cinta dalam bentuk yuhibb, yastahibb di beberapa ayat berkenaan dengan keburukan dan kebaikan. Cinta yang berkaitan dengan keburukan, seperti:
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّـهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ﴿١٠٧﴾
Murka Allah yang berhak mereka terima itu disebabkan oleh kecintaan mereka yang sangat pada kesenangan dan perhiasan-perhiasan duniawi yang semu. Cinta itulah yang memalingkan diri mereka dari kebenaran dan membutakan mata hati mereka dalam memandang kebaikan. Allah membiarkan orang-orang itu dalam kekufuran yang menjadi pilihan mereka. Sebab sudah menjadi ketentuan Allah yang berlaku pada manusia untuk membiarkan orang-orang seperti itu dan tidak memberikan petunjuk karena mereka selalu melakukan kebatilan dan larut dalam kepalsuan.
Frasa istahabbul hayaataddunya, maksudnya mereka mengutamakan dan mendahulukan kehidupan dunia.
Cinta kepada kebaikan, misalnya:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ ﴿١٩٠﴾
Di antara ketakwaan kepada Allah adalah menanggung beban dalam menaati-Nya. Dan beban terberat bagi manusia adalah berperang melawan musuh-musuh Allah yang menyerang lebih dulu. Dari itu, janganlah kalian lebih dulu menyerang atau membunuh mereka yang ikut berperang dan mereka yang tidak ada sangkut pautnya dengan peperangan itu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas.
Maka Allah menghendaki kebaikan dan memberi pahala kepada hambaNya (محبة الله لعباده).
Melaka, 14/3/2018 8:07 ==> BERSAMBUNG