28 Mei 2004
Masjid Terbuat dari Telur
KETIKA Percil jalan-jalan ke luar Pulau Jawa beberapa waktu lalu, Percil sempat singgah di sebuah pulau kecil di Kepulauan Riau. Menurut cerita, di pulau kecil yang luasnya hanya 240 hektare dengan panjang 2 kilometer dan lebar 1 kilometer ini ada sebuah masjid yang sangat istimewa. Masjid tersebut dibuat dari telur. Wow! Bayangkan, berapa butir telur yang dibutuhkan untuk membangun masjid tersebut, ya?
Karena penasaran, Percil menyempatkan diri berkunjung ke sana. Dari Kota Tanjung Pinang Riau, Percil naik perahu kecil ke Pulau Penyengat, demikian nama pulau kecil tempat masjid tersebut. Perahu kecil yang bermuatan 10 hingga 20 orang itu dipenuhi penumpang dari berbagai tempat. Ada yang dari Jakarta, Batam, Medan hingga Singapura. Rupanya masjid dan pulau tersebut memang sudah cukup terkenal di kalangan wisatawan.
Ternyata cerita itu bukan omong kosong. Dari pelabuhan yang juga kecil, kita hanya berjalan sekira 200 meter untuk mencapai masjid tersebut. Begitu keluar dari jalan kecil sepanjang pelabuhan, kita langsung berhadapan dengan masjid yang berdiri megah dan kokoh itu, Masjid Raya Sultan atau bisa disebut juga Masjid Penyengat. Dari jauh masjid tersebut sudah tampak berkilauan karena warna kuning mendominasi masjid tersebut.
Setelah bertanya ke sana-sini, diperoleh cerita menarik tentang masjid ini. Penduduk pulau tersebut mayoritas kaum Muslim yang taat beribadah. Semula masjid tersebut terbuat dari kayu biasa. Namun, pada masa pemerintahan raja pulau Yang Dipertuan Muda Abdul Rahman (1803-1844), raja dan rakyatnya bertekad untuk beramal di jalan Allah (fisabilillah) dengan cara membangun masjid yang kokoh, di bekas masjid lama yang terbuat dari kayu tersebut.
Untuk keperluan itu dipanggillah orang-orang dari berbagai tempat baik dari sekitar Pulau Penyengat hingga orang-orang dari Selat (Singapura). Dari berbagai tempat bukan saja tenaga kerja yang didatangkan, melainkan juga berbagai persediaan makanan seperti beras, sagu, sayuran, ikan, kambing, ayam, dan telur.
Beberapa mandor yang memimpin tukang adalah orang-orang India yang berasal dari Singapura. Perhatian penduduk terhadap pembangunan masjid tersebut sangat besar sehingga tersedia begitu banyak makanan termasuk telur. Begitu berlebihannya telur, para tukang bangunan menyarankan agar putih telur yang berlimpah itu dicampur dalam adukan semen. Hal ini lazim dilakukan dalam pembangunan di India. Saran itu dilakukan. Hasilnya memang luar biasa. Bangunannya menjadi sangat kokoh dan kuat.
Tentang berapa ribu atau juta telur yang dipergunakan untuk pembangunan itu tak terlalu jelas. Namun, karena terbuat dari campuran telur itulah, masjid ini menjadi sangat membanggakan penduduk setempat. Cerita ini menyebar ke mana-mana sehingga banyak orang berdatangan untuk melihat dan meraba dinding masjid ini dengan penuh kekaguman.
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
2 ulasan:
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0203/23/percil/utama01.htm
This will not actually have success, I consider this way.
hot naked women | fringe dress | landscaping
Catat Ulasan