Bismillahirrahmanirrahim
Jam 2.00 pagi tadi aku membaca berita terbaru dari MSNBC berjudul "8 die in attack on U.S. consulate" antara lain "JIDDAH, Saudi Arabia - An attack on the U.S. consulate in this port city left five non-American staff and three extremists dead, U.S. and Saudi officials said after the three-hour long..."
Kemudian aku cuba mencarinya di Antara, Utusan Malaysia, Berita Harian (Msia), Tempo dan Gatra tapi tiada. Aku coba mencarinya lagi di detik.com dan Kompas dan Bernama, ternyata ada.
"Selasa, 07/12/2004 00:38 WIB
Serangan Konsul AS di Jeddah, Korban Tewas Jadi 5 Pegawai
Korban tewas serangan di Konsulat AS di Jeddah menjadi 5 orang, semuanya adalah pegawai yang merupakan warga lokal, bukan warga AS." demikian laporan Detik.Com
Harian Kompas melaporkan, "Konsulat AS di Jeddah Diserang, 12 Tewas -
Orang-orang bersenjata menyerang konsulat AS di Jeddah, Senin. Bentrokan menewaskan lima orang pegawai, tiga penyerang, empat aparat keamanan."
Jadi kita maklumlah siapa yang paling cepat dalam bidang ini dan siapa pula yang ketinggalan dalam arus informasi global.
07 Disember 2004
18 September 2004
Khutbah Jumaat: khatib oh khatib (2)
Bismillahirrahmanirrahim
Sebenarnya saya tidak mau lagi berkomentar tentang cara khatib membaca khutbah di beberapa masjid di Melaka. Tapi, setelah mendengar khatib membaca khutbah di Masjid Cheng, 17 September 2004, saya tergerak hati untuk menulisnya sekali lagi (Lihat komentar saya terdahulu). Sebab, saya merasa semacam ironi antara khatib yang membaca khutbah dengan kandungan khutbahnya.
Tema khutbahnya tentang budaya iqra. Khatib menyampaikan betapa pentingnya membaca bagi umat Islam. Ibu bapa, katanya, hendaklah menjadi contoh bagi anak-anaknya. seterusnya disebutnya pula betapa Islam telah mencapai kecermalangan ilmu kerana budaya membaca.
Namun, di sebalik khatib menasihati jamaah, beliau sendiri tertatih-tatih membacanya. Misalnya, Astronomi disebutnya astrononi. Banyaklah istilah-istilah yang yang tidak disebut dengan betul.
Di sini jelas bahawa beliau tidak membaca teks yang diberikan kepadanya. Sepatutnya beliau melakukan 'pekerjaan rumah' dengan menyemak terlebih dahulu sebelum membacanya. Jika terdapat istilah-istilah yang kurang difahami, beliau boleh merujuk kepada pihak-pihak yang berkenaan. Bagaimanakah para jamaah hendak mengikuti nasihatnya, sedang beliau sendiri tidak melaksanakan mesej khutbah teresbut.
Sebenarnya saya tidak mau lagi berkomentar tentang cara khatib membaca khutbah di beberapa masjid di Melaka. Tapi, setelah mendengar khatib membaca khutbah di Masjid Cheng, 17 September 2004, saya tergerak hati untuk menulisnya sekali lagi (Lihat komentar saya terdahulu). Sebab, saya merasa semacam ironi antara khatib yang membaca khutbah dengan kandungan khutbahnya.
Tema khutbahnya tentang budaya iqra. Khatib menyampaikan betapa pentingnya membaca bagi umat Islam. Ibu bapa, katanya, hendaklah menjadi contoh bagi anak-anaknya. seterusnya disebutnya pula betapa Islam telah mencapai kecermalangan ilmu kerana budaya membaca.
Namun, di sebalik khatib menasihati jamaah, beliau sendiri tertatih-tatih membacanya. Misalnya, Astronomi disebutnya astrononi. Banyaklah istilah-istilah yang yang tidak disebut dengan betul.
Di sini jelas bahawa beliau tidak membaca teks yang diberikan kepadanya. Sepatutnya beliau melakukan 'pekerjaan rumah' dengan menyemak terlebih dahulu sebelum membacanya. Jika terdapat istilah-istilah yang kurang difahami, beliau boleh merujuk kepada pihak-pihak yang berkenaan. Bagaimanakah para jamaah hendak mengikuti nasihatnya, sedang beliau sendiri tidak melaksanakan mesej khutbah teresbut.
11 September 2004
Orang Melayu tak pandai menyebut perkataan Melayu
Bismillahirrahmanirrahim
Buletin Utama semalam, 10 September 2004, disampaikan oleh Kamaruddin Mape dan Norliza. Saya tertarik dengan cara Kamaruddin menyebut perkataan "raih".
Dia menyebut perkataan tersebut dengan sebutan putus "ra-ih". Sebelum ini ada juga penyampai TV3 menyebut dengan cara yang sama. Sepatutnya perkataan tersebut diucapkan tanpa jeda, yakni "raih" dan "meraih". Seperti kita menyebut "kuih" tentunya bukan "ku-ih".
Perkataan "raih" ini belum lama digunakan di Malaysia, tapi sudah biasa digunakan di Indonesia. Pada dekad 90-an barulah sering saya dengar orang menggunakannya. Sebelum ini orang Melayu hanya menggunakan perkataan "peraih".
Pada tahun 1985 saya menjadi editor di sebuah penerbitan buku. Saya mengguna perkataan "beliau meraih ijazah dalam bidang...."
Ustaz Md Zein Che Man dari Pusat Islam menegur saya, kenapa menggunakan perkataan itu. Di Malaysia, katanya, perkataan tersebut tidak biasa digunakan orang. Tapi kini ternyata orang Melayu sudah biasa dengan perkataan tersebut. Cuma anehnya TV3 menyebutnya dengan jeda di tengah-tengah perkataan.
Sekarang istilah Indonesia telah banyak digunakan di Malaysia. Contohnya: canggih, pantau, prihatin, peka, mapan (bukan mampan seperti yang disebut oleh Anwar Ibrahim), jati diri, ketrampilan, dan lain-lain.
Berkenaan jati diri ini, seorang penulis Indonesia menghantar naskhah terjemahan dari bahasa Arab kepada saya berkenaan ekonomi Islam. Dalam terjemahan tersebut, dia banyak menggunakan perkataan "jati diri". Oleh kerana ketika itu (1985) perkataan tersebut masih asing bagi orang Melayu, maka saya memutuskan untuk menukar dengan istilah lain.
Saya hairan orang Melayu tidak tahu bagaimana hendak menyebut perkataan Melayu. Contoh yang banyak saya dengar adalah perkataan "gagang" disebut "ganggang", "ungu" disebut "unggu", "termangu" disebut "termanggu". Saya khuatir lama-lama orang menyebut "dungu" dengan "dunggu" "bunga" dengan "bungga"
Buletin Utama semalam, 10 September 2004, disampaikan oleh Kamaruddin Mape dan Norliza. Saya tertarik dengan cara Kamaruddin menyebut perkataan "raih".
Dia menyebut perkataan tersebut dengan sebutan putus "ra-ih". Sebelum ini ada juga penyampai TV3 menyebut dengan cara yang sama. Sepatutnya perkataan tersebut diucapkan tanpa jeda, yakni "raih" dan "meraih". Seperti kita menyebut "kuih" tentunya bukan "ku-ih".
Perkataan "raih" ini belum lama digunakan di Malaysia, tapi sudah biasa digunakan di Indonesia. Pada dekad 90-an barulah sering saya dengar orang menggunakannya. Sebelum ini orang Melayu hanya menggunakan perkataan "peraih".
Pada tahun 1985 saya menjadi editor di sebuah penerbitan buku. Saya mengguna perkataan "beliau meraih ijazah dalam bidang...."
Ustaz Md Zein Che Man dari Pusat Islam menegur saya, kenapa menggunakan perkataan itu. Di Malaysia, katanya, perkataan tersebut tidak biasa digunakan orang. Tapi kini ternyata orang Melayu sudah biasa dengan perkataan tersebut. Cuma anehnya TV3 menyebutnya dengan jeda di tengah-tengah perkataan.
Sekarang istilah Indonesia telah banyak digunakan di Malaysia. Contohnya: canggih, pantau, prihatin, peka, mapan (bukan mampan seperti yang disebut oleh Anwar Ibrahim), jati diri, ketrampilan, dan lain-lain.
Berkenaan jati diri ini, seorang penulis Indonesia menghantar naskhah terjemahan dari bahasa Arab kepada saya berkenaan ekonomi Islam. Dalam terjemahan tersebut, dia banyak menggunakan perkataan "jati diri". Oleh kerana ketika itu (1985) perkataan tersebut masih asing bagi orang Melayu, maka saya memutuskan untuk menukar dengan istilah lain.
Saya hairan orang Melayu tidak tahu bagaimana hendak menyebut perkataan Melayu. Contoh yang banyak saya dengar adalah perkataan "gagang" disebut "ganggang", "ungu" disebut "unggu", "termangu" disebut "termanggu". Saya khuatir lama-lama orang menyebut "dungu" dengan "dunggu" "bunga" dengan "bungga"
17 Julai 2004
Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, Intelektual yang tangguh, sederhana dan Mengabdi
Amanah Online
Bismillahirrahmanirrahim
Laporan: M. Fuad Nasar / ANR
[Laporan Khusus]
Bangsa Indonesia kehilangan tokoh panutan. Mantan Menteri Agama RI Prof. Dr. H.A. Mukti Ali telah berpulang ke Rahmatullah, Rabu petang, 5 Mei 2004 di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta dalam usia 81 tahun. Meninggalkan seorang istri (Ibu As�adah) dan tiga putra-putri, jenazahnya dimakamkan hari Kamis di pemakaman IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lahir di Cepu, Jawa Tengah, 23 Agustus 1923. meraih gelar Master of Arts (MA) dari McGill University, Kanada (1957). Meneruskan kuliah di Universitas Aligarch, India, hingga memperoleh gelar Doktor sejarah Islam. Sebelumnya ia pernah bekerja sebagai staf Kedubes RI di Karachi.
Sepanjang hayatnya Mukti Ali dikenal sebagai intelektual Muslim yang tangguh, berwatak dan berpandangan luas, memiliki reputasi nasional dan internasional. Dia anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), anggota dewan riset internasional dan perintis organisasi Parlemen Agama Sedunia di New York. Dia orang pertama yang membuka jurusan Perbandingan Agama di lingkungan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan dikukuhkan sebagai Guru Besar ilmu Perbandingan Agama, barangkali satu-satunya di Indonesia. Dia memperkenalkan pendekatan religion scientific atau scientific-cum-doctrinair. Meski demikian, ia menolak disebut sebagai �bapak ilmu Perbandingan Agama di Indonesia�.
Tokoh yang bersih, jujur dan sederhana ini dilantik menjadi menteri agama pada 11 september 1971 menggantikan KHM Dachlan (Kabinet Pembangunan I) yang belum habis masa jabatannya, dan meklanjutkan jabatan itu selama periode Kabinet Pembangunan II (1973-1978). Ia satu diantara sedikit intelektual yang mampu menjaga integritas dan kredibilitas pada saat berada di dunia birokrat.
Keistimewaan Mukti Ali, ia bisa menampilkan diri murni sebagai tokoh representatif umat Islam yang netral dari kepentingan kelompok. Dia bukan berasal dari organisasi NU, bukan pengurus Muhammadiyah, atau lainnya, dan bukan pula kader partaipolitik. Di samping itu, meski berpendidikan Barat, kharisma seorang mentri agama panutan umat tercermin pada sosok Mukti Ali.
Dia memiliki sikap hidup qanaah, konsisten, tidak berubah karena kedudukan dan jabatan yang disandangnya. Kesederhanaan terlihat dalam kehidupan pribadi dan keluarganya, baik ketika menjadi menteri maupun setelah kembali ke dunia akademis. Setelah meneyelesaikan tugas sebagai Menteri Agama, lalu diangkat menjadi anggota DPA, tapi ia memutuskan tinggal di Yogyakarta agar kegiatan mengajar bias kembali dilakukannya.
Dr. Taufik Abdullah (1995) melukiskan keistimewaan Mukti Ali bahwa Ia dating ke Yogyakarta ke Jakarta dengan membawa hanya sebuah koper berisikan beberapa lembar pakaian, dan saat meninggalkan Jakarta pun ia pulang dengan membawa koper yang sama.
Sedikitnya ada lima hal penting dari kebijakan Mukti Asewaktu menjadi Menteri Agama. Pertama, rasionalisasi Depag menjadi departemen yang mempunyai tugas utama membangun manusia seutuhnya. Dialah yang mempopulerkan istilah �membangun manusia Indonesia seutuhnya�
Kedua, intelektualisasi lembaga pendidikan tinggi IAIN. Dia menegaskan tugas IAIN sama dengan perguruan tinggi lainnya, ialah melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pengajaran dan pendidikan, penelitian (riset) serta pengabdian masyarakat. Ketiga, memantapkan posisi agama dalam kaitannya dengan pembangunan nasional. Pembangunan bidang agama masuk dalam GBHN. Namun dalam hal ini, ia dengan gambling menegaskan, Indonesia bukanlah negara terokraris, dan juga bukan negara sekuler.
Keempat, menggalang kerukunan hidup antar umat beragama, baik intern satu agama maupun antar agama. Dalam intern agama (Islam), ia meluruskan imej yang salah kaparah mempertentangkan faham ortodoks sebagai faham �kaum tua� dengan faham modern sebagai faham �kaum muda�, Orthodoxy (orthos + doxa) adalah faham yang didasarkan pada ajaran yang benar, yang asli. Lawan kata ortodoks bukan modern, melainkan heterodoks, yakni faham yang telah bercampurbaur. Jadi, ortodoks bias ada pada �kaum tua� dan �kaum muda�.
6yang lebih menonjol adalah konsepnya tentang agree in disagreement (setuju dalam ketidaksetujuan atau setuju dalam perbedaan) yang pertama kali dikemukakannya pada forum symposium di Goethe Institute, Jakarta, beberapa bulan sebelum ia diangkat menjadi menteri. Konsep inilah yang kemudian dikembangkannya lebih klanjut menjadi konsep �Kerukunan Hidup Antarumat Beragama� di Indonesia.
Kelima, ia mensponsori berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) bulan Juli 1975, yang diantara fungsi utamanya memberikanpertimbangan kepada umat Islam dan pemerintah mengenai masalah keagamaaaan dan kemasyarakatan.
Buku-buku karyanya antara lain: Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Muslim Billali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, Ijtihad dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan Muhammad Iqbal, Ta�limul Muta�allimin versi Iman Zarkasyi, Motode Memahami Agama Islam, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Islam dan Sekulerisme di Turki Modern. Pada tahun 1962-1965 ia bertugas sebagai anggota Lembaga Penerjemah Al Quran yang digagas olehDepartemen Agama periode Menteri Agama Prof. KH. Sarifuddin Zuhri.
Mukti Ali telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Kita semua menjadi saksi bahwa ia telah banyak berpikir dan bekerja untuk umat, bangsa dan negara. Semoga amal salihnya itu diterima oleh Allah, dan semoga pula Allah memberi kita petunjuk untuk dapat meneladaninya, Selamat Jalan Pak Mukti Ali.
M. Fuad Nasar / ANR
Bismillahirrahmanirrahim
Laporan: M. Fuad Nasar / ANR
[Laporan Khusus]
Bangsa Indonesia kehilangan tokoh panutan. Mantan Menteri Agama RI Prof. Dr. H.A. Mukti Ali telah berpulang ke Rahmatullah, Rabu petang, 5 Mei 2004 di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta dalam usia 81 tahun. Meninggalkan seorang istri (Ibu As�adah) dan tiga putra-putri, jenazahnya dimakamkan hari Kamis di pemakaman IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lahir di Cepu, Jawa Tengah, 23 Agustus 1923. meraih gelar Master of Arts (MA) dari McGill University, Kanada (1957). Meneruskan kuliah di Universitas Aligarch, India, hingga memperoleh gelar Doktor sejarah Islam. Sebelumnya ia pernah bekerja sebagai staf Kedubes RI di Karachi.
Sepanjang hayatnya Mukti Ali dikenal sebagai intelektual Muslim yang tangguh, berwatak dan berpandangan luas, memiliki reputasi nasional dan internasional. Dia anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), anggota dewan riset internasional dan perintis organisasi Parlemen Agama Sedunia di New York. Dia orang pertama yang membuka jurusan Perbandingan Agama di lingkungan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan dikukuhkan sebagai Guru Besar ilmu Perbandingan Agama, barangkali satu-satunya di Indonesia. Dia memperkenalkan pendekatan religion scientific atau scientific-cum-doctrinair. Meski demikian, ia menolak disebut sebagai �bapak ilmu Perbandingan Agama di Indonesia�.
Tokoh yang bersih, jujur dan sederhana ini dilantik menjadi menteri agama pada 11 september 1971 menggantikan KHM Dachlan (Kabinet Pembangunan I) yang belum habis masa jabatannya, dan meklanjutkan jabatan itu selama periode Kabinet Pembangunan II (1973-1978). Ia satu diantara sedikit intelektual yang mampu menjaga integritas dan kredibilitas pada saat berada di dunia birokrat.
Keistimewaan Mukti Ali, ia bisa menampilkan diri murni sebagai tokoh representatif umat Islam yang netral dari kepentingan kelompok. Dia bukan berasal dari organisasi NU, bukan pengurus Muhammadiyah, atau lainnya, dan bukan pula kader partaipolitik. Di samping itu, meski berpendidikan Barat, kharisma seorang mentri agama panutan umat tercermin pada sosok Mukti Ali.
Dia memiliki sikap hidup qanaah, konsisten, tidak berubah karena kedudukan dan jabatan yang disandangnya. Kesederhanaan terlihat dalam kehidupan pribadi dan keluarganya, baik ketika menjadi menteri maupun setelah kembali ke dunia akademis. Setelah meneyelesaikan tugas sebagai Menteri Agama, lalu diangkat menjadi anggota DPA, tapi ia memutuskan tinggal di Yogyakarta agar kegiatan mengajar bias kembali dilakukannya.
Dr. Taufik Abdullah (1995) melukiskan keistimewaan Mukti Ali bahwa Ia dating ke Yogyakarta ke Jakarta dengan membawa hanya sebuah koper berisikan beberapa lembar pakaian, dan saat meninggalkan Jakarta pun ia pulang dengan membawa koper yang sama.
Sedikitnya ada lima hal penting dari kebijakan Mukti Asewaktu menjadi Menteri Agama. Pertama, rasionalisasi Depag menjadi departemen yang mempunyai tugas utama membangun manusia seutuhnya. Dialah yang mempopulerkan istilah �membangun manusia Indonesia seutuhnya�
Kedua, intelektualisasi lembaga pendidikan tinggi IAIN. Dia menegaskan tugas IAIN sama dengan perguruan tinggi lainnya, ialah melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pengajaran dan pendidikan, penelitian (riset) serta pengabdian masyarakat. Ketiga, memantapkan posisi agama dalam kaitannya dengan pembangunan nasional. Pembangunan bidang agama masuk dalam GBHN. Namun dalam hal ini, ia dengan gambling menegaskan, Indonesia bukanlah negara terokraris, dan juga bukan negara sekuler.
Keempat, menggalang kerukunan hidup antar umat beragama, baik intern satu agama maupun antar agama. Dalam intern agama (Islam), ia meluruskan imej yang salah kaparah mempertentangkan faham ortodoks sebagai faham �kaum tua� dengan faham modern sebagai faham �kaum muda�, Orthodoxy (orthos + doxa) adalah faham yang didasarkan pada ajaran yang benar, yang asli. Lawan kata ortodoks bukan modern, melainkan heterodoks, yakni faham yang telah bercampurbaur. Jadi, ortodoks bias ada pada �kaum tua� dan �kaum muda�.
6yang lebih menonjol adalah konsepnya tentang agree in disagreement (setuju dalam ketidaksetujuan atau setuju dalam perbedaan) yang pertama kali dikemukakannya pada forum symposium di Goethe Institute, Jakarta, beberapa bulan sebelum ia diangkat menjadi menteri. Konsep inilah yang kemudian dikembangkannya lebih klanjut menjadi konsep �Kerukunan Hidup Antarumat Beragama� di Indonesia.
Kelima, ia mensponsori berdirinya Majelis Ulama Indonesia (MUI) bulan Juli 1975, yang diantara fungsi utamanya memberikanpertimbangan kepada umat Islam dan pemerintah mengenai masalah keagamaaaan dan kemasyarakatan.
Buku-buku karyanya antara lain: Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Muslim Billali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat, Ijtihad dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan Muhammad Iqbal, Ta�limul Muta�allimin versi Iman Zarkasyi, Motode Memahami Agama Islam, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Islam dan Sekulerisme di Turki Modern. Pada tahun 1962-1965 ia bertugas sebagai anggota Lembaga Penerjemah Al Quran yang digagas olehDepartemen Agama periode Menteri Agama Prof. KH. Sarifuddin Zuhri.
Mukti Ali telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Kita semua menjadi saksi bahwa ia telah banyak berpikir dan bekerja untuk umat, bangsa dan negara. Semoga amal salihnya itu diterima oleh Allah, dan semoga pula Allah memberi kita petunjuk untuk dapat meneladaninya, Selamat Jalan Pak Mukti Ali.
M. Fuad Nasar / ANR
14 Julai 2004
Kasus Pemurtadan di Sumbar Bagian Konflik Barat-Timur
Bismillahirrahmanirrahim
Selasa, 13 Juli 2004 17:09:00
Padang-RoL-- Sosiolog dari Sumbar, Dr Moechtar Naim menyebutkan, kasus-kasus pemurtadan di Sumbar saat ini merupakan bagian dari konflik global antara pihak Barat (nonmuslim) dengan pihak Timur (muslim) usai berakhirnya perang dingin antara bekas negara Uni Sovyet dan sekutunya dengan Amerika bersama sekutunya.
Kasus pemurtadan (pindah agama) di Sumbar tidak berdiri sendiri tapi bagian dari konflik global di dunia antara barat dan timur, ujar Moechtar yang juga anggota MPR-RI asal Sumbar itu di Padang, Selasa.
Konflik dua "kutub" dengan latar belakang dan kepentingan berbeda ini merupakan bagian dari dikotomi kehidupan manusia sejak ratusan tahun lalu, tambahnya.
Menurut dia, fakta konflik Timur dan Barat di sisi ajaran agama ini telah ditemukan sejak ratusan lalu hingga saat ini. Sebagai contoh di wilayah Asia Tenggara seperti konflik di Mindano Filipina yang berawal tersingkirnya kaum muslim dari Manila ke wilayah selatan Filipina.
Padahal tambahnya, ibukota Manila didirikan raja muslim Kerajaan Melayu di daerah itu yang kebetulan punya garis keturunan dari Minangkabau (Sumbar). Namun proses sejarah yang diwarnai permurtadan kaum muslim besar-besaran di negara itu menyebabkan sejarah kejayaan Islam di daerah itu lenyap.
Kasus serupa juga terjadi pada kaum muslim melayu di Singapura yang akhirnya tersingkir karena proses pemurtadan sehingga saat ini negara itu mayoritas dikuasai keturunan Cina nonmuslim.
Moechtar menyebutkan, di Indonesia kasus serupa juga terjadi ditandai dengan terus berkurangnya jumlah kaum muslim di negara berpenduduk sekitar 210 juta jiwa ini.
Menurut dia, pada tahun 70-an jumlah kaum nonmuslim Indonesia hanya 4,5 persen dari total penduduk, tapi saat ini mencapai 20 persen dan pertengahan abad ke-21 diperkirakan menjadi 50 persen.
Kenyataan ini menunjukkan, proses permurtadan tengah gencar terjadi di Indonesia saat ini melalui berbagai cara, terutama terjadi melalui bidang pendidikan, pengobatan rumah sakit, kegiatan sosial dan keberadaan panti asuhan, tambahnya.
Ia mengatakan, Sumatera Barat ternyata menjadi salah satu daerah garis depan pemurtadan di Indonesia yang faktanya nampak di lapangan. "Saat ini Sumbar telah dikelilingi aksi permurtadan terhadap kaum muslim," tegasnya.
Faktanya, ujar Moechtar, seperti di Kabupaten Pasaman pada tahun 70-an tidak ditemui tempat ibadah nonmuslim, tapi saat ini jumlahnya telah mencapai puluhan dan sudah banyak kaum muslim didaerah itu yang murtad (pindah agama).
Demikian pula di daerah Sitiung, Sawahlunto Sijunjung, meskipun tidak terlalu berhasil namun juga ada orang Minang yang murtad. Kurang berhasilnya proses ini di Sitiung karena mayoritas kaum pendatang di daerah itu berasal dari Jawa Timur yang punya basis Islam kuat, katanya.
Daerah Sumbar yang mulai dikuasai nonmuslim adalah Lunang Silaut dan Kepulauan Mentawai, tambah Moechtar.
Kasus menghebohkan juga terjadi seperti di Tilatang Kamang, Kabupaten Agam dengan ditemukannya 200 Al Qur'an yang pada bagian dalam kulit sampulnya terdapat tulisan ajaran agama nonmuslim.
Masalah ini berlanjut dengan ditemukannya keganjilan penulisan sejumlah ayat yang ditemukan dari sampel 200 Al Qur'an yang telah disita aparat kepolisian ini.
Menurut Moechtar Naim, proses pemurtadan tidak saja terjadi pada orang Minang di Sumbar, tetapi juga di perantauan dengan berdirinya tempat ibadah nonmuslim berarsitektur "bagonjong" yang merupakan ciri khas rumah "adat gadang" (rumah adat Minangkabau) di Jakarta.
Selain itu, tambahnya, juga telah ada orang Minang yang menjadi tokoh agama nonmuslim di Jakarta.
Misi FAKTA
Ia menyatakan, kondisi ini tidak bisa dibiarkan karena bukan tidak mungkin target pemurtadan mencapai 50 persen terhadap kaum muslim Indonesia pada pertengah abad ke-21 akan menjadi kenyataan.
Sehubungan kekhawatiran itu, di Sumbar sejak 11 Juni 2004 telah didirikan FAKTA (Forum Aksi Bersama Anti Pemutadan) Sumbar dimana Moechtar Naim merupakan salah seorang pendirinya.
Moechtar menyatakan, FAKTA bukan bentuk kebencian terhadap kaum nonmuslim atau anti agama lain, tetapi keberadaannya untuk melindungi kaum muslim terhadap aksi pemurtadan yang melanggar hukum.
"FAKTA tidak antikaum nonmuslim tapi akan berjihad jika terjadi pemurtadan yang dilakukan dengan cara melanggar hukum," tegasnya.
FAKTA telah menyusun kekuatan secara legal tanpa melanggar hukum dan mempertahankan hak sesuai hukum yang belaku. Forum ini menginginkan Sumbar aman dan bersahabat serta rukun dengan sesama umat beragama, tambahnya.
FAKTA yang diketuai H Maat Acin dan Penasehat Dasrlu Lamsudin itu, merupakan forum bersama dari sejumlah lembaga seperti Pusat Penelitian Islam Minangkabau (PPIM), LSM Paga Nagari, Pemuda Muslim dan ormas Islam lainnya.
Ketua FAKTA, Maat Acin mengatakan, misi forum ini adalah membebaskan Sumbar dari pemurtadan yang melanggar hukum.
Untuk itu, FAKTA telah menyusun program dan kekuatan antara lain, menggelar diskusi dengan pihak terkait sekali sebulan, advokasi terhadap korban permurtadan dengan cara melanggar hukum, investigasi kasus permurtadan dan melakukan aksi massa untuk menekan kasus pemurtadan. Ant/fif
Selasa, 13 Juli 2004 17:09:00
Padang-RoL-- Sosiolog dari Sumbar, Dr Moechtar Naim menyebutkan, kasus-kasus pemurtadan di Sumbar saat ini merupakan bagian dari konflik global antara pihak Barat (nonmuslim) dengan pihak Timur (muslim) usai berakhirnya perang dingin antara bekas negara Uni Sovyet dan sekutunya dengan Amerika bersama sekutunya.
Kasus pemurtadan (pindah agama) di Sumbar tidak berdiri sendiri tapi bagian dari konflik global di dunia antara barat dan timur, ujar Moechtar yang juga anggota MPR-RI asal Sumbar itu di Padang, Selasa.
Konflik dua "kutub" dengan latar belakang dan kepentingan berbeda ini merupakan bagian dari dikotomi kehidupan manusia sejak ratusan tahun lalu, tambahnya.
Menurut dia, fakta konflik Timur dan Barat di sisi ajaran agama ini telah ditemukan sejak ratusan lalu hingga saat ini. Sebagai contoh di wilayah Asia Tenggara seperti konflik di Mindano Filipina yang berawal tersingkirnya kaum muslim dari Manila ke wilayah selatan Filipina.
Padahal tambahnya, ibukota Manila didirikan raja muslim Kerajaan Melayu di daerah itu yang kebetulan punya garis keturunan dari Minangkabau (Sumbar). Namun proses sejarah yang diwarnai permurtadan kaum muslim besar-besaran di negara itu menyebabkan sejarah kejayaan Islam di daerah itu lenyap.
Kasus serupa juga terjadi pada kaum muslim melayu di Singapura yang akhirnya tersingkir karena proses pemurtadan sehingga saat ini negara itu mayoritas dikuasai keturunan Cina nonmuslim.
Moechtar menyebutkan, di Indonesia kasus serupa juga terjadi ditandai dengan terus berkurangnya jumlah kaum muslim di negara berpenduduk sekitar 210 juta jiwa ini.
Menurut dia, pada tahun 70-an jumlah kaum nonmuslim Indonesia hanya 4,5 persen dari total penduduk, tapi saat ini mencapai 20 persen dan pertengahan abad ke-21 diperkirakan menjadi 50 persen.
Kenyataan ini menunjukkan, proses permurtadan tengah gencar terjadi di Indonesia saat ini melalui berbagai cara, terutama terjadi melalui bidang pendidikan, pengobatan rumah sakit, kegiatan sosial dan keberadaan panti asuhan, tambahnya.
Ia mengatakan, Sumatera Barat ternyata menjadi salah satu daerah garis depan pemurtadan di Indonesia yang faktanya nampak di lapangan. "Saat ini Sumbar telah dikelilingi aksi permurtadan terhadap kaum muslim," tegasnya.
Faktanya, ujar Moechtar, seperti di Kabupaten Pasaman pada tahun 70-an tidak ditemui tempat ibadah nonmuslim, tapi saat ini jumlahnya telah mencapai puluhan dan sudah banyak kaum muslim didaerah itu yang murtad (pindah agama).
Demikian pula di daerah Sitiung, Sawahlunto Sijunjung, meskipun tidak terlalu berhasil namun juga ada orang Minang yang murtad. Kurang berhasilnya proses ini di Sitiung karena mayoritas kaum pendatang di daerah itu berasal dari Jawa Timur yang punya basis Islam kuat, katanya.
Daerah Sumbar yang mulai dikuasai nonmuslim adalah Lunang Silaut dan Kepulauan Mentawai, tambah Moechtar.
Kasus menghebohkan juga terjadi seperti di Tilatang Kamang, Kabupaten Agam dengan ditemukannya 200 Al Qur'an yang pada bagian dalam kulit sampulnya terdapat tulisan ajaran agama nonmuslim.
Masalah ini berlanjut dengan ditemukannya keganjilan penulisan sejumlah ayat yang ditemukan dari sampel 200 Al Qur'an yang telah disita aparat kepolisian ini.
Menurut Moechtar Naim, proses pemurtadan tidak saja terjadi pada orang Minang di Sumbar, tetapi juga di perantauan dengan berdirinya tempat ibadah nonmuslim berarsitektur "bagonjong" yang merupakan ciri khas rumah "adat gadang" (rumah adat Minangkabau) di Jakarta.
Selain itu, tambahnya, juga telah ada orang Minang yang menjadi tokoh agama nonmuslim di Jakarta.
Misi FAKTA
Ia menyatakan, kondisi ini tidak bisa dibiarkan karena bukan tidak mungkin target pemurtadan mencapai 50 persen terhadap kaum muslim Indonesia pada pertengah abad ke-21 akan menjadi kenyataan.
Sehubungan kekhawatiran itu, di Sumbar sejak 11 Juni 2004 telah didirikan FAKTA (Forum Aksi Bersama Anti Pemutadan) Sumbar dimana Moechtar Naim merupakan salah seorang pendirinya.
Moechtar menyatakan, FAKTA bukan bentuk kebencian terhadap kaum nonmuslim atau anti agama lain, tetapi keberadaannya untuk melindungi kaum muslim terhadap aksi pemurtadan yang melanggar hukum.
"FAKTA tidak antikaum nonmuslim tapi akan berjihad jika terjadi pemurtadan yang dilakukan dengan cara melanggar hukum," tegasnya.
FAKTA telah menyusun kekuatan secara legal tanpa melanggar hukum dan mempertahankan hak sesuai hukum yang belaku. Forum ini menginginkan Sumbar aman dan bersahabat serta rukun dengan sesama umat beragama, tambahnya.
FAKTA yang diketuai H Maat Acin dan Penasehat Dasrlu Lamsudin itu, merupakan forum bersama dari sejumlah lembaga seperti Pusat Penelitian Islam Minangkabau (PPIM), LSM Paga Nagari, Pemuda Muslim dan ormas Islam lainnya.
Ketua FAKTA, Maat Acin mengatakan, misi forum ini adalah membebaskan Sumbar dari pemurtadan yang melanggar hukum.
Untuk itu, FAKTA telah menyusun program dan kekuatan antara lain, menggelar diskusi dengan pihak terkait sekali sebulan, advokasi terhadap korban permurtadan dengan cara melanggar hukum, investigasi kasus permurtadan dan melakukan aksi massa untuk menekan kasus pemurtadan. Ant/fif
11 Julai 2004
Haruskah Pembangunan Bengkalis Menunggu Dermawan
Riau Mandiri Online: "Rabu, 7 Juli 2004 11:44
RMN - BENGKALIS Negeri Junjungan, begitulah tulisan di gerbang pintu masuk kota Bengkalis. Tulisan dipintu masuk Bengkalis memberi tanda bahwa Bengkalis merupakan negeri yang penuh dengan adat-istiadat, penuh dengan etika, penuh dengan norma dan tak ketinggalan khasanah nuansa keislaman. Itulah pesan yang dapat ditangkap dari buah karya Muhammad Isa Selamat.
Dibalik semua itu, kemegahan kota Bengkalis seakan menutupi kekurangan pembangunan yang sudah dan belum dilakukan. Dapat ditangkap pesan bahwa kota Bengkalis sudah maju selangkah. Aktivitas masyarakat terlihat lebih hidup. Pelabuhan besar dengan retribusi besar menjadi trade mark kota Bengkalis. Rumah Dinas besar menjadi simbol kemegahan Bengkalis. Itulah Bengkalis, negeri di seberang Pulau Sumatera sana berusaha bangkit dari ketertinggalan. Bahkan mau melebihi kemajuan Riau daratan dengan menggagas pembangunan lapangan terbang internasional.
Bengkalis mencoba bangkit dari ketertinggalan dengan melaksanakan pembangunan. Menurut Bupati Bengkalis, inilah cara terbaik untuk mendorong peningkatan ekonomi dan akselerasi pembangunan ke depan. Tentu argumentasi Bupati sebagai pemimpin nota bene 'penguasa' dapat dibenarkan. Dibalik itu, hati menjadi kian miris ketika salah satu media tanggal 4 Juni 2004 memuat satu gambar Taman Pengajian Al Qur'an (TPA). Dengan komentar 'ULURAN TANGAN: Melihat Taman pengajian Al Qur'an (TPA) di Kampung Proyek, Batu Panjang, Kecamatan Rupat, Bengkalis sangat memperihatinkan. Agar anak-anak di kampung itu nyaman mengaji, perlu uluran tangan dermawan'.
Sungguh, gambaran yang ditampilkan bertolak belakang dengan kemegahan Kota Bengkalis. Anak muda di Bengkalis kota bersepeda motor ria di sore hari mengelilingi kota Bengkalis dan sebagian anggota dewan yang suda"
RMN - BENGKALIS Negeri Junjungan, begitulah tulisan di gerbang pintu masuk kota Bengkalis. Tulisan dipintu masuk Bengkalis memberi tanda bahwa Bengkalis merupakan negeri yang penuh dengan adat-istiadat, penuh dengan etika, penuh dengan norma dan tak ketinggalan khasanah nuansa keislaman. Itulah pesan yang dapat ditangkap dari buah karya Muhammad Isa Selamat.
Dibalik semua itu, kemegahan kota Bengkalis seakan menutupi kekurangan pembangunan yang sudah dan belum dilakukan. Dapat ditangkap pesan bahwa kota Bengkalis sudah maju selangkah. Aktivitas masyarakat terlihat lebih hidup. Pelabuhan besar dengan retribusi besar menjadi trade mark kota Bengkalis. Rumah Dinas besar menjadi simbol kemegahan Bengkalis. Itulah Bengkalis, negeri di seberang Pulau Sumatera sana berusaha bangkit dari ketertinggalan. Bahkan mau melebihi kemajuan Riau daratan dengan menggagas pembangunan lapangan terbang internasional.
Bengkalis mencoba bangkit dari ketertinggalan dengan melaksanakan pembangunan. Menurut Bupati Bengkalis, inilah cara terbaik untuk mendorong peningkatan ekonomi dan akselerasi pembangunan ke depan. Tentu argumentasi Bupati sebagai pemimpin nota bene 'penguasa' dapat dibenarkan. Dibalik itu, hati menjadi kian miris ketika salah satu media tanggal 4 Juni 2004 memuat satu gambar Taman Pengajian Al Qur'an (TPA). Dengan komentar 'ULURAN TANGAN: Melihat Taman pengajian Al Qur'an (TPA) di Kampung Proyek, Batu Panjang, Kecamatan Rupat, Bengkalis sangat memperihatinkan. Agar anak-anak di kampung itu nyaman mengaji, perlu uluran tangan dermawan'.
Sungguh, gambaran yang ditampilkan bertolak belakang dengan kemegahan Kota Bengkalis. Anak muda di Bengkalis kota bersepeda motor ria di sore hari mengelilingi kota Bengkalis dan sebagian anggota dewan yang suda"
AFI 2 Bikin Rekor di Dunia Musik Indonesia
Sabtu, 10 Juli 2004 09:50
JAKARTA - Gema AFI tampaknya masih terus tinggi. Buktinya, debut album 12 bintang AFI 2, 'Melangkah Bersama' langsung terjual sebanyak 350 ribu keping hanya dalam waktu satu hari. Itu merupakan sebuah rekor dalam dunia musik Indonesia.
Dengan hasil tersebut AFI 2 langsung memperoleh double platinum. Demikian Sony Music Indonesia, Jumat (9/7) kemarin.
Penghargaan tersebut langsung diberikan kepada ke-12 anak-anak muda yang terlibat dalam AFI2. Mereka antara lain, Tia, Haikal, Micky, Nia, Cindy, Adi, Nana, Pasha, Adit, Rindu, Lia, dan Jovita.
Selain membuat album kaset dan CD, pihak Sony Music Indonesia membuat VCD AFI 2. VCD tersebut berisikan kisah-kisah para akademia saat berada di karantina AFI hingga sampai konser grand final AFI 2.
Tidak hanya itu saja. Dalam album tersebut pihak Sony Music Indonesia juga memberikan bonus sticker dan wallpaper serta screensaver. Itu semua merupakan kado spesial untuk penggemar AFI di Nusantara.
Tak hanya album mereka yang laris manis, konser-konser mereka di berbagai daerah juga dipenuhi para pecinta musik. Selain bermusik, dalam waktu dekat para bintang AFI 2 akan disibukan dengan pembuatan sinetron dan film layar lebar. (dtc) "
JAKARTA - Gema AFI tampaknya masih terus tinggi. Buktinya, debut album 12 bintang AFI 2, 'Melangkah Bersama' langsung terjual sebanyak 350 ribu keping hanya dalam waktu satu hari. Itu merupakan sebuah rekor dalam dunia musik Indonesia.
Dengan hasil tersebut AFI 2 langsung memperoleh double platinum. Demikian Sony Music Indonesia, Jumat (9/7) kemarin.
Penghargaan tersebut langsung diberikan kepada ke-12 anak-anak muda yang terlibat dalam AFI2. Mereka antara lain, Tia, Haikal, Micky, Nia, Cindy, Adi, Nana, Pasha, Adit, Rindu, Lia, dan Jovita.
Selain membuat album kaset dan CD, pihak Sony Music Indonesia membuat VCD AFI 2. VCD tersebut berisikan kisah-kisah para akademia saat berada di karantina AFI hingga sampai konser grand final AFI 2.
Tidak hanya itu saja. Dalam album tersebut pihak Sony Music Indonesia juga memberikan bonus sticker dan wallpaper serta screensaver. Itu semua merupakan kado spesial untuk penggemar AFI di Nusantara.
Tak hanya album mereka yang laris manis, konser-konser mereka di berbagai daerah juga dipenuhi para pecinta musik. Selain bermusik, dalam waktu dekat para bintang AFI 2 akan disibukan dengan pembuatan sinetron dan film layar lebar. (dtc) "
07 Julai 2004
06 Julai 2004
02 Julai 2004
Aduhai Riauku
Upacara Peresmian Provinsi Kepulauan Riau
TANGGAL 1 Juli 2004 merupakan hari yang sangat memilukan bagiku karena Negeri Melayu yang amat kucintai dengan resminya dipecahkan menjadi dua oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Hari Sabarno.
Aduhai... kepada siapa aku hendak meratap sedangkan aku tak punya apa-apa dan tak punya siapa-siapa! Negeriku telah dibagi-bagikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan kepentingan-kepentingan tertentu.
Aduhai... kawan-kawanku di Riau lautan, kuharap kalian tidak akan ikut-ikutan dengan arus politik yang haus kuasa dan sentimen sempit kedaerahan.
Aduhai ... Tanjung Pinang, tempatku membesar menjadi seorang remaja... kuharap engkau akan menyapaku dengan ramah seperti dulu ketika aku meninggalkanmu 30 puluh tahun yang lalu.
Pemangku Gubernur Kepri, Drs H Ismeth Abdullah
Aku masih berharap seperti juga harapan gubernur Riau, HM Rusli Zainal, "... jika di kemudian Kepri ingin bergabung kembali ke provinsi induk, masyarakat Riau tetap bersedia menerima. 'Kalau Kepri sakit-sakitan., Riau akan siap menerima kembali."
Namun Rusli juga sadar, "... Meski demikian langkah yang sudah diayunkan tidak mungkin surut ke belakang," tuturnya.
Ya.., kalian tidak mungkin surut ke belakang. Namun, dalam melangkah ke depan, kita sebagai umat Melayu akan tetap bersatu dan sudah tentu tidak mudah diutak-atikkan oleh golongan tertentu!
Semoga merdekalah jiwa kita, merdeka pikiran kita!
Negeri Melayu Dipecahkan Lagi!
Bismillahirrahmanirrahim
Upacara Peresmian Provinsi Kepulauan Riau
TANJUNG PINANG - Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno meresmikan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebagai provinsi ke-32 di Indonesia, Kamis (1/7) petang. Selain itu Mendagri juga melantik Ismeth Abdullah sebagai caretaker Gubernur Kepri.
Tepat pukul 15.20 WIB, selubung peta Provinsi Kepri pun dibuka Mendagri. Setelah itu diikuti penandatanganan prasasti pelantikan. Raungan sirene yang dipasang sekitar sepuluh titik di sudut Kota Tanjungpinang menandai berpisahnya Kepri dari Provinsi Riau.
Peresmian Provinsi Kepri dan pelantikan Ismet kemarin, yang bertempat di Gedung Daerah Tanjungpinang, disaksikan Menko Ekuin Dorodjatun Kuncorodjakti, Gubernur Riau HM Rusli Zainal, Wakil Gubernur Riau H Wan Abubakar, beberapa anggota Komisi II DPR RI serta dan bupati dan walikota se-Riau dan Kepri. Ansar Ahmad yang telah dicopot dari jabatannya sebagai Plt Bupati Kepri juga tampak hadir dalam acara itu.
Mendagri pada pengarahannya mengakui, pembentukan Provinsi Kepri melalui proses panjang yang dilakukan seluruh komponen masyarakat Kepri. "Karena itu, setelah diresmikannya Provinsi Kepri dan dilantiknnya caretaker Gubernur Kepri, diharapkan seluruh komponen masyarakat bersatu padu membangun Kepri ke depan," kata Mendagri. Hari juga mengingatkan, inventaris Provinsi Riau yang ada di Kepri bisa digunakan sebagai inventaris Provinsi Kepri. Termasuk inventaris BUMD Riau yang berada di Kepri.
Sedangkan Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Oentarto Sindung Mawardi menyampaikan pesan-pesan mengenai apa saja yang dilakukan setelah Provinsi Kepri resmi dibentuk.
Sedangkan Gubernur Riau HM Rusli Zainal dalam pidatonya menyampaikan kronologis pembentukan Provinsi Kepri. Usai membacakan pidatonya, Rusli tanpa teks secara implisit menyebutkan, jika di kemudian Kepri ingin bergabung kembali ke provinsi induk, masyarakat Riau tetap bersedia menerima. "Kalau Kepri 'sakit-sakitan., Riau akan siap menerima kembali. Meski demikian langkah yang sudah diayunkan tidak mungkin surut ke belakang," tuturnya.
Ismeth Optimis
Secara terpisah, caretaker Gubernur Kepri, H Ismet Abdullah mengaku akan segera menyusun dan menyiapkan perangkat pemerintahan, mulai dari badan, kantor dan dinas serta serta menyiapkan pelantikan anggota DPRD Provinsi Kepri hasil pemilu 2004. "Termasuk mempersiapkan kelancaran pembentukan perangkat pemerintahan dengan menyiapkan PNS yang sudah direkrut dari sejumlah kabupaten dan kota di Kepri, yang diutamakan putra daerah, sebagai wujud komitmen untuk memajukan Provinsi Kepri yang masih minim dari sisi pendanaan," kata Ismet.
Masalah pendanaan menurut Ismet, memang berat. Namun demikian, dengan satu tekad dan dukungan dari semua daerah kabupaten dan kota, Ismet optimis pembangunan di Kepri dapat berjalan lancar.
Diwarnai Demo
Pelantikan Ismeth Abdullah sebagai caretaker Gubernur Kepri oleh Mendagri kemarin, diwarnai aksi demonstrasi dua kelompok massa yakni sekitar 120 orang dari yang menamakan diri Barisan Muda Melayu Riau (BM2) dan puluhan orang Dewan Belian Kepri (Debar). Namun, aksi demo tersebut tidak mengganggu jalan acara pelantikan.
Koordinator Pengerahana Massa BM2 Ruslan kepada wartawan menyebutkan, seorang aktivis Debar digiring ke Mapolresta Tanjungpinang karena melakukan pembentangan poster anti Ismeth saat Mendagri sedang berpidato. "Kami ini memang pendukung Huzrin, tetapi ke sini atas biaya sendiri. Kami tidak rela, Huzrin yang berjuang tetapi Ismeth yang menuai hasilnya. Bagi kami Huzrin adalah pejuang Provinsi Kepri," tukasnya.
Ruslan minta aparat keamanan segera melepaskan aktivitas Debar yang bernama Sofyan. Sofyan digiring ke Mapolresta Tanjungpinang saat ingin membentangkan beberapa poster tidak jauh dari acara pelantikan Ismeth. Selain Sofyan seorang lagi aktivis Debar mendapat tekanan fisik, didorong oleh petugas keamanan.
Tetapi Kabag Ops Polresta Tanjungpinang yang ditunjun sebagai Koordinator Pengamanan lapangan, AKP DH Ginting membantah adanya kejadian tersebut. Ia malah mempersilahkan wartawan untuk menyaksikan langsung ke Mapolresta Tanjungpinang jika benar ada aktivis yang ditahan.
Beberapa saksi menyatakan memang terjadi accident dorong-dorangan antara aktivis dengan petugas keamanan. Beberapa orang aktivis langsung diamankan petugas saat ingin membentangkan beberapa poster yang bertuliskan "Innalillahi Kami Bukan Diundang, Tapi Pejuang", "Huzrin Pahlawan Provinsi Kepri", dan sebagainya.
Beredar Selebaran
Sementara itu, menjelang pelantikan Ismeth Abdullah, beredar selebaran yang isinya menuding Kepala Otorita Batam itu sudah merampas hasil perjuangan masyarakat Kepri.
Selebaran berjudul Sajak Wijitakul "Bunga & Tembok" itu ditulis oleh Debar. Belasan generasi muda menyebarkan selebaran itu di pintu masuk kota Tanjungpinang dan tempat berlangsungnya acara pelantikan caretaker Gubernur sekaligus peresmian Provinsi Kepri. "Masyarakat Kepri berduka atas pelantikan Ismeth Abdullah sebagai caretaker Gubernur Kepri. Karena Ismet bukanlah penerima tuah dari perjuangan masyarakat Kepri yang kini telah berbuah Provinsi. Kami sudah lelah berjuang, makanya pemerintah pusat sebaiknya mengembalikan perjuangan Kepri ke masyarakat Kepri," demikian antara lain bunyi selebaran itu.
Pelantikan Ismeth, masih menurut selebaran itu bertolak belakang dengan semangat Otonomi Daerah (Otda). Alasannya, hingga sekarang Ismeth masih pimpinan sebuah institusi yakni Kepala Otorita Batam. (rk,rtc)
Upacara Peresmian Provinsi Kepulauan Riau
TANJUNG PINANG - Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno meresmikan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebagai provinsi ke-32 di Indonesia, Kamis (1/7) petang. Selain itu Mendagri juga melantik Ismeth Abdullah sebagai caretaker Gubernur Kepri.
Tepat pukul 15.20 WIB, selubung peta Provinsi Kepri pun dibuka Mendagri. Setelah itu diikuti penandatanganan prasasti pelantikan. Raungan sirene yang dipasang sekitar sepuluh titik di sudut Kota Tanjungpinang menandai berpisahnya Kepri dari Provinsi Riau.
Peresmian Provinsi Kepri dan pelantikan Ismet kemarin, yang bertempat di Gedung Daerah Tanjungpinang, disaksikan Menko Ekuin Dorodjatun Kuncorodjakti, Gubernur Riau HM Rusli Zainal, Wakil Gubernur Riau H Wan Abubakar, beberapa anggota Komisi II DPR RI serta dan bupati dan walikota se-Riau dan Kepri. Ansar Ahmad yang telah dicopot dari jabatannya sebagai Plt Bupati Kepri juga tampak hadir dalam acara itu.
Mendagri pada pengarahannya mengakui, pembentukan Provinsi Kepri melalui proses panjang yang dilakukan seluruh komponen masyarakat Kepri. "Karena itu, setelah diresmikannya Provinsi Kepri dan dilantiknnya caretaker Gubernur Kepri, diharapkan seluruh komponen masyarakat bersatu padu membangun Kepri ke depan," kata Mendagri. Hari juga mengingatkan, inventaris Provinsi Riau yang ada di Kepri bisa digunakan sebagai inventaris Provinsi Kepri. Termasuk inventaris BUMD Riau yang berada di Kepri.
Sedangkan Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Oentarto Sindung Mawardi menyampaikan pesan-pesan mengenai apa saja yang dilakukan setelah Provinsi Kepri resmi dibentuk.
Sedangkan Gubernur Riau HM Rusli Zainal dalam pidatonya menyampaikan kronologis pembentukan Provinsi Kepri. Usai membacakan pidatonya, Rusli tanpa teks secara implisit menyebutkan, jika di kemudian Kepri ingin bergabung kembali ke provinsi induk, masyarakat Riau tetap bersedia menerima. "Kalau Kepri 'sakit-sakitan., Riau akan siap menerima kembali. Meski demikian langkah yang sudah diayunkan tidak mungkin surut ke belakang," tuturnya.
Ismeth Optimis
Secara terpisah, caretaker Gubernur Kepri, H Ismet Abdullah mengaku akan segera menyusun dan menyiapkan perangkat pemerintahan, mulai dari badan, kantor dan dinas serta serta menyiapkan pelantikan anggota DPRD Provinsi Kepri hasil pemilu 2004. "Termasuk mempersiapkan kelancaran pembentukan perangkat pemerintahan dengan menyiapkan PNS yang sudah direkrut dari sejumlah kabupaten dan kota di Kepri, yang diutamakan putra daerah, sebagai wujud komitmen untuk memajukan Provinsi Kepri yang masih minim dari sisi pendanaan," kata Ismet.
Masalah pendanaan menurut Ismet, memang berat. Namun demikian, dengan satu tekad dan dukungan dari semua daerah kabupaten dan kota, Ismet optimis pembangunan di Kepri dapat berjalan lancar.
Diwarnai Demo
Pelantikan Ismeth Abdullah sebagai caretaker Gubernur Kepri oleh Mendagri kemarin, diwarnai aksi demonstrasi dua kelompok massa yakni sekitar 120 orang dari yang menamakan diri Barisan Muda Melayu Riau (BM2) dan puluhan orang Dewan Belian Kepri (Debar). Namun, aksi demo tersebut tidak mengganggu jalan acara pelantikan.
Koordinator Pengerahana Massa BM2 Ruslan kepada wartawan menyebutkan, seorang aktivis Debar digiring ke Mapolresta Tanjungpinang karena melakukan pembentangan poster anti Ismeth saat Mendagri sedang berpidato. "Kami ini memang pendukung Huzrin, tetapi ke sini atas biaya sendiri. Kami tidak rela, Huzrin yang berjuang tetapi Ismeth yang menuai hasilnya. Bagi kami Huzrin adalah pejuang Provinsi Kepri," tukasnya.
Ruslan minta aparat keamanan segera melepaskan aktivitas Debar yang bernama Sofyan. Sofyan digiring ke Mapolresta Tanjungpinang saat ingin membentangkan beberapa poster tidak jauh dari acara pelantikan Ismeth. Selain Sofyan seorang lagi aktivis Debar mendapat tekanan fisik, didorong oleh petugas keamanan.
Tetapi Kabag Ops Polresta Tanjungpinang yang ditunjun sebagai Koordinator Pengamanan lapangan, AKP DH Ginting membantah adanya kejadian tersebut. Ia malah mempersilahkan wartawan untuk menyaksikan langsung ke Mapolresta Tanjungpinang jika benar ada aktivis yang ditahan.
Beberapa saksi menyatakan memang terjadi accident dorong-dorangan antara aktivis dengan petugas keamanan. Beberapa orang aktivis langsung diamankan petugas saat ingin membentangkan beberapa poster yang bertuliskan "Innalillahi Kami Bukan Diundang, Tapi Pejuang", "Huzrin Pahlawan Provinsi Kepri", dan sebagainya.
Beredar Selebaran
Sementara itu, menjelang pelantikan Ismeth Abdullah, beredar selebaran yang isinya menuding Kepala Otorita Batam itu sudah merampas hasil perjuangan masyarakat Kepri.
Selebaran berjudul Sajak Wijitakul "Bunga & Tembok" itu ditulis oleh Debar. Belasan generasi muda menyebarkan selebaran itu di pintu masuk kota Tanjungpinang dan tempat berlangsungnya acara pelantikan caretaker Gubernur sekaligus peresmian Provinsi Kepri. "Masyarakat Kepri berduka atas pelantikan Ismeth Abdullah sebagai caretaker Gubernur Kepri. Karena Ismet bukanlah penerima tuah dari perjuangan masyarakat Kepri yang kini telah berbuah Provinsi. Kami sudah lelah berjuang, makanya pemerintah pusat sebaiknya mengembalikan perjuangan Kepri ke masyarakat Kepri," demikian antara lain bunyi selebaran itu.
Pelantikan Ismeth, masih menurut selebaran itu bertolak belakang dengan semangat Otonomi Daerah (Otda). Alasannya, hingga sekarang Ismeth masih pimpinan sebuah institusi yakni Kepala Otorita Batam. (rk,rtc)
27 Jun 2004
Malam Ini, �Riau Merdeka�� Ronny Diluncurkan
Bismillahirrahmanirrahim
Oleh Riau Pos (admin)
Jumat, 25-Juni-2004, 01:32:38 28 klik
PEKANBARU (RP) - Sebuah buku mengupas pergerakan Riau Merdeka sekaligus perjuangan ��proklamator��-nya Prof dr H Tabrani Rab diluncurkan malam ini pukul 19.30 di Mahligai Room Hotel Aryaduta Pekanbaru.
Buku yang berawal dari tesis S2 di UGM Ronny Basista berjudul Tabrani dalam Bingkai Riau Merdeka tersebut malam ini akan dikupas drh Chaidir, seorang kolumnis yang juga Ketua DPRD Riau, dan Drs Andi Yusran MSi, pengamat dan dosen politik dari Unri.
��Gubernur Rusli Zainal juga diundang secara khusus untuk berbicara dalam peluncuran malam ini,�� kata Tabrani Rab, sang tokoh yang akan dibicarakan sekaligus direktur Riau Cultural Institute yang menerbitkan buku setebal 145 halaman ini.
Ronny Basista MSi yang baru menyelesaikan S2-nya di UGM mengatakan, materi bahasan tentang Riau Merdeka dan Tabrani ini dia ambil berdasarkan dorongan dosen pembimbingan Dr Affan Gafar. ��Ketika saya tanya bagaimana kalau saya mengambil bahasan dari kasus daerah dan sosok daerah Tabrani Rab? tanya saya pada Pak Affan Gafar, dia langsung menjawab, bagus �tu, dan saya kenal dengan dia,�� ujar Ronny menirukan Affan Gafar.
Ketika pria berdarah Bagan Siapi-api kelahiran Pekanbaru ini selesai S2 dia langsung pulang ke Bumi Lancang Kuning dan Riau Cultural Institute langsung berinisiatif menerbitkan buku ini.
Buku ini mendedahkan mulai dari awal munculnya wacana Riau Merdeka yang berakar dari kegelisahan masyarakat Riau, gerakan Prof dr Tabrani dengan para pendukungnya, sampai ketika wacana Riau Merdeka menggaung sampai ke pusat bahkan luar negeri.
Lalu bagaimana isu Riau Merdeka sekarang ini? ��Inilah yang kita kupas malam ini,�� kata Ronny Basista, yang sebelumnya juga mengatakan, sudah banyak yang dicapai dari daerah ini gerakan Riau Merdeka, tapi sudah banyak pula yang melupakan peran dari gerakan ini.
Dalam pada itu, Tabrani Rab kepada Riau Pos kemarin menyambut gembira dengan terbitnya buku ini. �Dengan terbitnya buku ini yang berdasarkan penelitian yang dilakukan Ronny Basista untuk tesis S2-nya ini, orang akan menjadi lebih tahu dan faham tentang gagasan Riau Merdeka dan sejarah menjadi tercatat,� katanya.(mth/kks)
Oleh Riau Pos (admin)
Jumat, 25-Juni-2004, 01:32:38 28 klik
PEKANBARU (RP) - Sebuah buku mengupas pergerakan Riau Merdeka sekaligus perjuangan ��proklamator��-nya Prof dr H Tabrani Rab diluncurkan malam ini pukul 19.30 di Mahligai Room Hotel Aryaduta Pekanbaru.
Buku yang berawal dari tesis S2 di UGM Ronny Basista berjudul Tabrani dalam Bingkai Riau Merdeka tersebut malam ini akan dikupas drh Chaidir, seorang kolumnis yang juga Ketua DPRD Riau, dan Drs Andi Yusran MSi, pengamat dan dosen politik dari Unri.
��Gubernur Rusli Zainal juga diundang secara khusus untuk berbicara dalam peluncuran malam ini,�� kata Tabrani Rab, sang tokoh yang akan dibicarakan sekaligus direktur Riau Cultural Institute yang menerbitkan buku setebal 145 halaman ini.
Ronny Basista MSi yang baru menyelesaikan S2-nya di UGM mengatakan, materi bahasan tentang Riau Merdeka dan Tabrani ini dia ambil berdasarkan dorongan dosen pembimbingan Dr Affan Gafar. ��Ketika saya tanya bagaimana kalau saya mengambil bahasan dari kasus daerah dan sosok daerah Tabrani Rab? tanya saya pada Pak Affan Gafar, dia langsung menjawab, bagus �tu, dan saya kenal dengan dia,�� ujar Ronny menirukan Affan Gafar.
Ketika pria berdarah Bagan Siapi-api kelahiran Pekanbaru ini selesai S2 dia langsung pulang ke Bumi Lancang Kuning dan Riau Cultural Institute langsung berinisiatif menerbitkan buku ini.
Buku ini mendedahkan mulai dari awal munculnya wacana Riau Merdeka yang berakar dari kegelisahan masyarakat Riau, gerakan Prof dr Tabrani dengan para pendukungnya, sampai ketika wacana Riau Merdeka menggaung sampai ke pusat bahkan luar negeri.
Lalu bagaimana isu Riau Merdeka sekarang ini? ��Inilah yang kita kupas malam ini,�� kata Ronny Basista, yang sebelumnya juga mengatakan, sudah banyak yang dicapai dari daerah ini gerakan Riau Merdeka, tapi sudah banyak pula yang melupakan peran dari gerakan ini.
Dalam pada itu, Tabrani Rab kepada Riau Pos kemarin menyambut gembira dengan terbitnya buku ini. �Dengan terbitnya buku ini yang berdasarkan penelitian yang dilakukan Ronny Basista untuk tesis S2-nya ini, orang akan menjadi lebih tahu dan faham tentang gagasan Riau Merdeka dan sejarah menjadi tercatat,� katanya.(mth/kks)
Gubri Siapkan "Kado" untuk Micky dan Haikal
Bismillahirrahmanirrahim
Rabu, 16 Juni 2004 19:03
PEKANBARU - Dua hari menjelang konser grand final AFI (Akademi Fantasi Indosiar) 2, semakin banyak dukungan yang diberikan kepada akademia Micky dan Haikal. Salah satunya dari Gubernur Riau, HM Rusli Zainal beserta istri Ny Septina Primawati Rusli yang akan memberikan hadiah khusus kepada akademia yang berhasil sebagai juara pertama.
"Kalau mereka berhasil menjadi pemenang, maka saya akan memberikan sesuatu kepada mereka. Ini sebagai imbalan atas keterampilan dan prestasi yang mereka berikan. Saya kira memang sudah patut kita memberikan penghargaan kepada orang-orang yang membawa nama baik daerah," jelasnya, Rabu (16/6), di sela-sela kunjungannya ke Kampar.
Bahkan Rusli dan istrinya saat ini masih berupaya mencari waktu untuk bisa menghadiri konser yang dilaksanakan, Sabtu (19/6) di Jakarta Convention Centre (JCC) tersebut. Jika hal itu tidak bisa terwujud, ia akan tetap memberikan dukungan kepada dua akademia asal Riau yang melakukan audisi di Jakarta dan Medan itu.
"Saya sekarang masih mencari-cari waktu. Sebab, minggu pagi ada jadual jalan santai dan saya juga panitianya. Jadi tidak mungkin rasanya kalau saya tidak datang. Meski demikian saya tetap akan memberikan dukungan dari jauh," ujar Septina.
Rusli mengakui bahwa dirinya yang memang tidak bisa secara rutin menyaksikan penampilan dua putra daerah ini, merasa cukup bangga dengan hasil yang telah dicapai. Dimana sampai minggu terskhir Micky dan Haikal bertahan di tiga besar bersama Tia akademia dari Kota Semarang.
Tidak ketinggalan Rusli menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk memberikan doa restu kepada Micky dan Haikal yang telah berhasil menjadi duta Riau di tingkat nasional.
"Bantu mereka dengan SMS sebanyak-banyaknya. Karena ini merupakan bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh masyarakat," ucapnya.
Sementara itu Septina menyebutkan bahwa dua orang akademia tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga dirinya tidak bisa memilih apakah mendukung Micky saja ataupun Haikal. (yp)
Rabu, 16 Juni 2004 19:03
PEKANBARU - Dua hari menjelang konser grand final AFI (Akademi Fantasi Indosiar) 2, semakin banyak dukungan yang diberikan kepada akademia Micky dan Haikal. Salah satunya dari Gubernur Riau, HM Rusli Zainal beserta istri Ny Septina Primawati Rusli yang akan memberikan hadiah khusus kepada akademia yang berhasil sebagai juara pertama.
"Kalau mereka berhasil menjadi pemenang, maka saya akan memberikan sesuatu kepada mereka. Ini sebagai imbalan atas keterampilan dan prestasi yang mereka berikan. Saya kira memang sudah patut kita memberikan penghargaan kepada orang-orang yang membawa nama baik daerah," jelasnya, Rabu (16/6), di sela-sela kunjungannya ke Kampar.
Bahkan Rusli dan istrinya saat ini masih berupaya mencari waktu untuk bisa menghadiri konser yang dilaksanakan, Sabtu (19/6) di Jakarta Convention Centre (JCC) tersebut. Jika hal itu tidak bisa terwujud, ia akan tetap memberikan dukungan kepada dua akademia asal Riau yang melakukan audisi di Jakarta dan Medan itu.
"Saya sekarang masih mencari-cari waktu. Sebab, minggu pagi ada jadual jalan santai dan saya juga panitianya. Jadi tidak mungkin rasanya kalau saya tidak datang. Meski demikian saya tetap akan memberikan dukungan dari jauh," ujar Septina.
Rusli mengakui bahwa dirinya yang memang tidak bisa secara rutin menyaksikan penampilan dua putra daerah ini, merasa cukup bangga dengan hasil yang telah dicapai. Dimana sampai minggu terskhir Micky dan Haikal bertahan di tiga besar bersama Tia akademia dari Kota Semarang.
Tidak ketinggalan Rusli menyampaikan imbauan kepada masyarakat untuk memberikan doa restu kepada Micky dan Haikal yang telah berhasil menjadi duta Riau di tingkat nasional.
"Bantu mereka dengan SMS sebanyak-banyaknya. Karena ini merupakan bentuk dukungan yang bisa diberikan oleh masyarakat," ucapnya.
Sementara itu Septina menyebutkan bahwa dua orang akademia tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga dirinya tidak bisa memilih apakah mendukung Micky saja ataupun Haikal. (yp)
Bagaimana Kehidupan Micky dan Haikal, Bintang AFI 2 saat di Pekanbaru? (2-habis)
Bismillahirrahmanirrahim
Oleh Riau Pos (admin)
Sabtu, 12-Juni-2004, 02:48:58 74 klik
FE Unri pun Alami Demam Haikal
Sosok Micky, kata temannya Jhoni, adalah jebolan SMUN 2 Pekanbaru TP 2001/2002. Selain belajar, kesehariannya juga diisi dengan kegiatan seni musik. Laporan A Kadir Bey dan Khairul Amri
��Micky itu punya grup band bernama �True Boxs�. Ia selalau tampil sebagai vokalis dan sering ikut konser band, misalnya konser di Mall Pekanbaru dan Plaza Citra,�� tuturnya.
Kesan yang lain dirasakan para teman-temannya di tempat kos, Micky selalu menjadi figur yang menyenangkan bila ada acara kumpul-kumpul tidak resmi. Micky juga punya kelebihan, selalu memunculkan ide untuk membangkitkan semangat teman-temannya dalam sebuah even atau kegiatan budaya. Misalnya dalam mencari corak busana pada acara-acara seni budaya untuk para temannya.
Disamping itu, masih menurut pengakuan temannya Jhoni, Micky yang punya hobi membaca buku-buku horor ini, pada hari libur misalnya sering meluangkan waktu untuk rekreasi ke luar kota, misalnya ke Sumbar. Dan ternyata, makanan kesukaan Micky, tak jauh-jauh dari santapan anak kos, mie instant tiap pagi. ��Ia juga suka makanan yang pedas-pedas,�� ujar Jhoni sambil tersenyum mengenang tingkah temannya itu.
Lebih dari itu, Micky di mata teman-temannya juga punya satu keahlian yang jarang dimiliki orang lain, yaitu keahliannya di bidang Koreografer. Keahliannya ini sering dipraktikkan-nya, selain untuk diri sendiri juga diajarkan kepada teman-temannya yang lain. ��Kami cuma bisa mendoakan Micky agar menjadi orang sukses. Dan kalau sudah sukses tidak melupakan kami, teman-temannnya ini,�� kata Jhoni menutup ceritanya.
Siapkan Bea Siswa
Sementara Haikal, salah seorang akademia di Akademi Fantasi Indosiar 2 tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Unri. Dia adalah mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2001. Dalam bergaul, Haikal mudah akrab dengan rekan-rekannya sesama kuliah. Di samping kuliah, dia juga aktif mengasah bakat seninya di luar kampus.
Keberhasilannya, kata Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Unri, Edyanus Herman Halim SE MS telah mengharumkan nama Unri khususnya Fakultas Ekonomi, karena itu, civitas akademika Fakultas Ekonomi telah menyiapkan bea siswa khusus untuk Haikal. ��Bea siswa ini merupakan penghargaan atas prestasinya dan itu akan kita berikan ketika dia kembali dari Jakarta,�� kata Edyanus yang dihubungi Riau Pos, Jumat malam.
Sebelum bertarung ke Jakarta, dia telah pamit kepada rekan-rekannya di Fakultas Ekonomi sekaligus minta dukungan. Persis ketika dia dinyatakan lulus seleksi AFI 2, Haikal memperkenalkan diri ke seluruh kelas perkuliahan di Fakultas Ekonomi ditemani Ketua BEM-nya. ��Perkenalan itu memang inisiatifnya BEM dan kawan-kawannya semua memberikan support,�� tambah Edyanus.
Di Fakultas Ekonomi, saat ini civitas akademikanya ��demam Haikal��. Setidaknya bila sudah hari Jumat dan Sabtu, semuanya sibuk memberi dukungan kepada Haikal melalui SMS. Imbauan dukungan melalui SMS ini tidak saja disebarkan kepada civitas akademika FE Unri tapi juga para alumni.
Bahkan, kata Edyanus, saat rapat akbar FE Unri baru-baru ini, dihimbau kepada seluruh civitas akademika FE Unri mendukung Haikal. ��Selaku PD III, saya mengimbau agar civitas akademika FE Unri mendukung Haikal termasuk di dalamnya para alumni Fakultas Ekonomi dan Unri pada umumnya,�� jelasnya.
Bawa Pengaruh Positif
Pengaruh yang sangat jelas terlihat dari keberhasilan Haikal, kata Edyanus, saat ini Sanggar Seni 412 FE Unri yang dulunya agak vakum, dengan keberhasilan mahasiswa Ekonomi di pentas nasional memotivasi mereka bersungguh-sungguh menggeluti dunia seni, selain kuliah. ��Mereka semakin terpacu untuk berkreativitas,�� ujar Edy yang juga mahasiswa program doktor di Univeristy Teknologi Malaysia.
Haikal saat ini telah menjadi barometer bagi rekan-rekannya di FE Unri, bahwa sesuatu pekerjaan apabila dikerjakan secara sungguh-sungguh akan mencapai keberhasilan dan membawa prestasi. ��Hal inilah yang tertanam di jiwa mahasiswa,�� kata Edyanus penuh rasa haru.(*)
Oleh Riau Pos (admin)
Sabtu, 12-Juni-2004, 02:48:58 74 klik
FE Unri pun Alami Demam Haikal
Sosok Micky, kata temannya Jhoni, adalah jebolan SMUN 2 Pekanbaru TP 2001/2002. Selain belajar, kesehariannya juga diisi dengan kegiatan seni musik. Laporan A Kadir Bey dan Khairul Amri
��Micky itu punya grup band bernama �True Boxs�. Ia selalau tampil sebagai vokalis dan sering ikut konser band, misalnya konser di Mall Pekanbaru dan Plaza Citra,�� tuturnya.
Kesan yang lain dirasakan para teman-temannya di tempat kos, Micky selalu menjadi figur yang menyenangkan bila ada acara kumpul-kumpul tidak resmi. Micky juga punya kelebihan, selalu memunculkan ide untuk membangkitkan semangat teman-temannya dalam sebuah even atau kegiatan budaya. Misalnya dalam mencari corak busana pada acara-acara seni budaya untuk para temannya.
Disamping itu, masih menurut pengakuan temannya Jhoni, Micky yang punya hobi membaca buku-buku horor ini, pada hari libur misalnya sering meluangkan waktu untuk rekreasi ke luar kota, misalnya ke Sumbar. Dan ternyata, makanan kesukaan Micky, tak jauh-jauh dari santapan anak kos, mie instant tiap pagi. ��Ia juga suka makanan yang pedas-pedas,�� ujar Jhoni sambil tersenyum mengenang tingkah temannya itu.
Lebih dari itu, Micky di mata teman-temannya juga punya satu keahlian yang jarang dimiliki orang lain, yaitu keahliannya di bidang Koreografer. Keahliannya ini sering dipraktikkan-nya, selain untuk diri sendiri juga diajarkan kepada teman-temannya yang lain. ��Kami cuma bisa mendoakan Micky agar menjadi orang sukses. Dan kalau sudah sukses tidak melupakan kami, teman-temannnya ini,�� kata Jhoni menutup ceritanya.
Siapkan Bea Siswa
Sementara Haikal, salah seorang akademia di Akademi Fantasi Indosiar 2 tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Unri. Dia adalah mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2001. Dalam bergaul, Haikal mudah akrab dengan rekan-rekannya sesama kuliah. Di samping kuliah, dia juga aktif mengasah bakat seninya di luar kampus.
Keberhasilannya, kata Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Unri, Edyanus Herman Halim SE MS telah mengharumkan nama Unri khususnya Fakultas Ekonomi, karena itu, civitas akademika Fakultas Ekonomi telah menyiapkan bea siswa khusus untuk Haikal. ��Bea siswa ini merupakan penghargaan atas prestasinya dan itu akan kita berikan ketika dia kembali dari Jakarta,�� kata Edyanus yang dihubungi Riau Pos, Jumat malam.
Sebelum bertarung ke Jakarta, dia telah pamit kepada rekan-rekannya di Fakultas Ekonomi sekaligus minta dukungan. Persis ketika dia dinyatakan lulus seleksi AFI 2, Haikal memperkenalkan diri ke seluruh kelas perkuliahan di Fakultas Ekonomi ditemani Ketua BEM-nya. ��Perkenalan itu memang inisiatifnya BEM dan kawan-kawannya semua memberikan support,�� tambah Edyanus.
Di Fakultas Ekonomi, saat ini civitas akademikanya ��demam Haikal��. Setidaknya bila sudah hari Jumat dan Sabtu, semuanya sibuk memberi dukungan kepada Haikal melalui SMS. Imbauan dukungan melalui SMS ini tidak saja disebarkan kepada civitas akademika FE Unri tapi juga para alumni.
Bahkan, kata Edyanus, saat rapat akbar FE Unri baru-baru ini, dihimbau kepada seluruh civitas akademika FE Unri mendukung Haikal. ��Selaku PD III, saya mengimbau agar civitas akademika FE Unri mendukung Haikal termasuk di dalamnya para alumni Fakultas Ekonomi dan Unri pada umumnya,�� jelasnya.
Bawa Pengaruh Positif
Pengaruh yang sangat jelas terlihat dari keberhasilan Haikal, kata Edyanus, saat ini Sanggar Seni 412 FE Unri yang dulunya agak vakum, dengan keberhasilan mahasiswa Ekonomi di pentas nasional memotivasi mereka bersungguh-sungguh menggeluti dunia seni, selain kuliah. ��Mereka semakin terpacu untuk berkreativitas,�� ujar Edy yang juga mahasiswa program doktor di Univeristy Teknologi Malaysia.
Haikal saat ini telah menjadi barometer bagi rekan-rekannya di FE Unri, bahwa sesuatu pekerjaan apabila dikerjakan secara sungguh-sungguh akan mencapai keberhasilan dan membawa prestasi. ��Hal inilah yang tertanam di jiwa mahasiswa,�� kata Edyanus penuh rasa haru.(*)
Melihat dari Dekat Kehidupan Micky: Tinggal di Kos, Rogoh Saku Rp300 Ribu per Bulan
Bismillahirrahmanirrahim
Oleh Riau Pos (admin)
Jumat, 11-Juni-2004, 01:26:08 101 klik
Nama Micky begitu terkenal saat ini. Sampai hari ini, Micky masih bertahan di pentas Akademi Fantasi Indosiar (AFI 2) yang menjadi program top pertelevisian di tanah air saat ini. Bagaimana Micky melalui hari-harinya? Laporan Khairul Amri-Zainuddin Boy, Pekanbaru
Rumah berlantai dua di Jalan Beringin Nomor 53 kawasan Gobah-Pekanbaru, Rabu (9/6) siang, dari kejauhan terlihat biasa-biasa saja. Sama seperti rumah-rumah lain yang ada disebelahnya. Yang terlihat hanya mobil Suzuki Aerio parkir di halaman rumah. Di luar pagar pun terlihat mobil kijang warna putih yang diparkir tanpa pengemudi.
Aktivitas penghuni rumah terlihat tidak begitu sibuk. Anak-anak muda tampak duduk-duduk di teras lantai dua rumah itu, memperhatikan kendaraan yang lalu lalang dari kejauhan. Terdapat satu kamar kos-kosan berukuran besar di lantai dua rumah ini. Disinilah, Micky bersama temannya Jhoni Jumrilton menjalani hidup keseharian.
Kamar berukuran 7x6 meter itu memberikan kesan tersendiri bagi Riau Pos yang baru pertama kali berkunjung ke tempat tinggalnya Micky. Betapa tidak? Anak muda yang sekarang masuk empat besar di pentas AFI 2 itu ternyata berasal dari kalangan keluarga biasa-biasa saja. Tinggalnya saja di tempat kos.
Namun ketika memasuki ruangan kamar, spontan penilaian tadi berubah. Sosok Micky ternyata memang anak yang suka seni. Berbagai bentuk tulisan bercorak seni menghiasi dinding kamarnya. ��Ini bagian dari karya-karya Micky bang,�� kata Jhoni menunjuk ke arah tulisan berwarna orange dengan bacaan ��Micky�� di dinding kamar itu.
Kamar kos-kosan ini ditata sedemikian rupa. Ada ruang tamu dan kamar tidur yang dibatasi sekatan beton. Di dalam kamar terlihat satu kasur berukuran cukup besar dan lemari baju tiga pintu. Satu televisi 14 inci masih terlihat menyala, di sampingnya tersusun beberapa trofi.
Menurut keterangan Jhoni yang bekerja sebagai karyawan di Maskapai Penerbangan Lion Air ini, trofi itu diperoleh Micky dari hasil ikut dalam berbagai lomba. Diantaranya perlombaan vokal dan busana.
��Trophy terakhir yang diraih Micky adalah pada saat perlombaan Bujang dan Dara se-Kota Pekanbaru tahun 2003 lalu,�� kata Jhoni sambil menunjuk ke arah trofi dengan ukuran lebih besar dari trofi lainnya.
Sebagai teman dekat, banyak cerita yang dilalui Jhoni bersama Micky. ��Ada rumor dari orang-orang di sini, Micky itu orangnya pendiam dan terkesan sombong. Padahal bukan demikian,�� kata Jhoni memulai ceritanya tentang pribadi Micky. Bahkan kalau sudah akrab katanya, Micky bisa menganggap orang tersebut seperti keluarga sendiri.
Menurut Jhoni lagi, kesederhanaan Micky tergambar jelas dari kemandiriannya. Tinggal di kos-kosan milik Koreografer ternama Riau Iwan Irawan tersebut kedua anak muda ini harus rela merogoh kantong Rp 300 ribu perbulan. Dan ini sudah mereka jalani selama dua tahun.
Micky kata Jhoni melanjutkan ceritanya, adalah jebolan SMUN 2 Pekanbaru TP 2001/2002. Selain belajar, kesehariannya juga diisi dengan kegiatan seni musik. ��Micky itu punya group band bernama �True Boxs�. Ia selalau tampil sebagai vokalis dan sering ikut konser band, misalnya konser di Mall Pekanbaru dan Plaza Citra,�� tuturnya.
Kesan yang lain dirasakan para teman-temannya di tempat kos, Micky selalu menjadi figur yang menyenangkan bila ada acara kumpul-kumpul tidak resmi. Micky juga punya kelebihan, selalu memunculkan ide untuk membangkitkan semangat teman-temannya dalam sebuah even atau kegiatan budaya. Misalnya dalam mencari corak busana pada acara-acara seni budaya untuk para temannya.
Disamping itu, masih menurut pengakuan temannya Jhoni, Micky yang punya hobi membaca buku-buku horor ini, pada hari libur misalnya sering meluangkan waktu untuk rekreasi ke luar kota, misalnya ke Sumbar. Dan ternyata, makanan kesukaan Micky, tak jauh-jauh dari santapan anak kos, mie instant tiap pagi. ��Ia juga suka makanan yang pedas-pedas,�� ujar Jhoni sambil tersenyum mengenang tingkah temannya itu.
Lebih dari itu, Micky di mata teman-temannya juga punya satu keahlian yang jarang dimiliki orang lain, yaitu keahliannya di bidang Koreografer. Keahliannya ini sering dipraktikkan-nya, selain untuk diri sendiri juga diajarkan kepada teman-temannya yang lain. ��Kami cuma bisa mendoakan Micky agar menjadi orang sukses. Dan kalau sudah sukses tidak melupakan kami, teman-temannnya ini,�� kata Jhoni menutup ceritanya.***
Oleh Riau Pos (admin)
Jumat, 11-Juni-2004, 01:26:08 101 klik
Nama Micky begitu terkenal saat ini. Sampai hari ini, Micky masih bertahan di pentas Akademi Fantasi Indosiar (AFI 2) yang menjadi program top pertelevisian di tanah air saat ini. Bagaimana Micky melalui hari-harinya? Laporan Khairul Amri-Zainuddin Boy, Pekanbaru
Rumah berlantai dua di Jalan Beringin Nomor 53 kawasan Gobah-Pekanbaru, Rabu (9/6) siang, dari kejauhan terlihat biasa-biasa saja. Sama seperti rumah-rumah lain yang ada disebelahnya. Yang terlihat hanya mobil Suzuki Aerio parkir di halaman rumah. Di luar pagar pun terlihat mobil kijang warna putih yang diparkir tanpa pengemudi.
Aktivitas penghuni rumah terlihat tidak begitu sibuk. Anak-anak muda tampak duduk-duduk di teras lantai dua rumah itu, memperhatikan kendaraan yang lalu lalang dari kejauhan. Terdapat satu kamar kos-kosan berukuran besar di lantai dua rumah ini. Disinilah, Micky bersama temannya Jhoni Jumrilton menjalani hidup keseharian.
Kamar berukuran 7x6 meter itu memberikan kesan tersendiri bagi Riau Pos yang baru pertama kali berkunjung ke tempat tinggalnya Micky. Betapa tidak? Anak muda yang sekarang masuk empat besar di pentas AFI 2 itu ternyata berasal dari kalangan keluarga biasa-biasa saja. Tinggalnya saja di tempat kos.
Namun ketika memasuki ruangan kamar, spontan penilaian tadi berubah. Sosok Micky ternyata memang anak yang suka seni. Berbagai bentuk tulisan bercorak seni menghiasi dinding kamarnya. ��Ini bagian dari karya-karya Micky bang,�� kata Jhoni menunjuk ke arah tulisan berwarna orange dengan bacaan ��Micky�� di dinding kamar itu.
Kamar kos-kosan ini ditata sedemikian rupa. Ada ruang tamu dan kamar tidur yang dibatasi sekatan beton. Di dalam kamar terlihat satu kasur berukuran cukup besar dan lemari baju tiga pintu. Satu televisi 14 inci masih terlihat menyala, di sampingnya tersusun beberapa trofi.
Menurut keterangan Jhoni yang bekerja sebagai karyawan di Maskapai Penerbangan Lion Air ini, trofi itu diperoleh Micky dari hasil ikut dalam berbagai lomba. Diantaranya perlombaan vokal dan busana.
��Trophy terakhir yang diraih Micky adalah pada saat perlombaan Bujang dan Dara se-Kota Pekanbaru tahun 2003 lalu,�� kata Jhoni sambil menunjuk ke arah trofi dengan ukuran lebih besar dari trofi lainnya.
Sebagai teman dekat, banyak cerita yang dilalui Jhoni bersama Micky. ��Ada rumor dari orang-orang di sini, Micky itu orangnya pendiam dan terkesan sombong. Padahal bukan demikian,�� kata Jhoni memulai ceritanya tentang pribadi Micky. Bahkan kalau sudah akrab katanya, Micky bisa menganggap orang tersebut seperti keluarga sendiri.
Menurut Jhoni lagi, kesederhanaan Micky tergambar jelas dari kemandiriannya. Tinggal di kos-kosan milik Koreografer ternama Riau Iwan Irawan tersebut kedua anak muda ini harus rela merogoh kantong Rp 300 ribu perbulan. Dan ini sudah mereka jalani selama dua tahun.
Micky kata Jhoni melanjutkan ceritanya, adalah jebolan SMUN 2 Pekanbaru TP 2001/2002. Selain belajar, kesehariannya juga diisi dengan kegiatan seni musik. ��Micky itu punya group band bernama �True Boxs�. Ia selalau tampil sebagai vokalis dan sering ikut konser band, misalnya konser di Mall Pekanbaru dan Plaza Citra,�� tuturnya.
Kesan yang lain dirasakan para teman-temannya di tempat kos, Micky selalu menjadi figur yang menyenangkan bila ada acara kumpul-kumpul tidak resmi. Micky juga punya kelebihan, selalu memunculkan ide untuk membangkitkan semangat teman-temannya dalam sebuah even atau kegiatan budaya. Misalnya dalam mencari corak busana pada acara-acara seni budaya untuk para temannya.
Disamping itu, masih menurut pengakuan temannya Jhoni, Micky yang punya hobi membaca buku-buku horor ini, pada hari libur misalnya sering meluangkan waktu untuk rekreasi ke luar kota, misalnya ke Sumbar. Dan ternyata, makanan kesukaan Micky, tak jauh-jauh dari santapan anak kos, mie instant tiap pagi. ��Ia juga suka makanan yang pedas-pedas,�� ujar Jhoni sambil tersenyum mengenang tingkah temannya itu.
Lebih dari itu, Micky di mata teman-temannya juga punya satu keahlian yang jarang dimiliki orang lain, yaitu keahliannya di bidang Koreografer. Keahliannya ini sering dipraktikkan-nya, selain untuk diri sendiri juga diajarkan kepada teman-temannya yang lain. ��Kami cuma bisa mendoakan Micky agar menjadi orang sukses. Dan kalau sudah sukses tidak melupakan kami, teman-temannnya ini,�� kata Jhoni menutup ceritanya.***
21 Jun 2004
Hari Bapa
Akhir-akhir ini di Malaysia sibuk menyambut hari Bapa. Seblum hari bapa, ada juga hari ibu ... dan lebih meriah lagi hari Valentine. Entah berapa banyak lagi hari yang hendak kita sambut. Kenapa kita asyik melatah saja? Bagi saya cukuplah Hari Raya sebagai hari untuk mengenangkan semua: ibu, bapa dan anak-anak. Kalau mau ditambahkan dan merasa kurang kesibukan tambahkan lagi, yakni ketika ibu atau bapa menyambut hari ulang tahun kelahiran mereka. Ini sudah cukup daripada melatah dan ikut-ikutan orang lain.
Berikut ini saya petik rencana Sejarah Hari Bapa.
Published on Thursday, June 17, 2004 5:47 PM EDT
Town Times: Father's Day History
Sonora Dodd of Washington state was the first public proponent of a day especially to honor fathers. She was inspired with the idea for Father's Day while listening to a Mother's Day sermon in 1909.
Sonora wanted a special day to honor her father, William Smart. Smart, a Civil War veteran, was widowed when his wife died while giving birth to their sixth child. Smart was left to raise the newborn and his other five children by himself on a rural farm in eastern Washington state.
After Sonora became an adult, she realized the selflessness her father had shown in raising his children as a single parent. It was her father who made all the parental sacrifices and was, in the eyes of his daughter, a courageous, selfless and loving man. Sonora's father was born in June, so she chose to hold the first Father's Day celebration in Spokane, Washington on the 19th of June, 1910.
President Calvin Coolidge, in 1924, supported the idea of a national Father's Day. Then in 1966 President Lyndon Johnson signed a presidential proclamation declaring the third Sunday of June as Father's Day.
Berikut ini saya petik rencana Sejarah Hari Bapa.
Published on Thursday, June 17, 2004 5:47 PM EDT
Town Times: Father's Day History
Sonora Dodd of Washington state was the first public proponent of a day especially to honor fathers. She was inspired with the idea for Father's Day while listening to a Mother's Day sermon in 1909.
Sonora wanted a special day to honor her father, William Smart. Smart, a Civil War veteran, was widowed when his wife died while giving birth to their sixth child. Smart was left to raise the newborn and his other five children by himself on a rural farm in eastern Washington state.
After Sonora became an adult, she realized the selflessness her father had shown in raising his children as a single parent. It was her father who made all the parental sacrifices and was, in the eyes of his daughter, a courageous, selfless and loving man. Sonora's father was born in June, so she chose to hold the first Father's Day celebration in Spokane, Washington on the 19th of June, 1910.
President Calvin Coolidge, in 1924, supported the idea of a national Father's Day. Then in 1966 President Lyndon Johnson signed a presidential proclamation declaring the third Sunday of June as Father's Day.
28 Mei 2004
Mesjid Sultan di Penyengat-Riau
Oleh: Taufik Ikram Jamil
SUATU hal yang tercatat dalam sejarah adalah bahwa mesjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Riau-Lingga yang utuh. Harap diingat, Penyengat pada akhirnya tidak saja sebagai tempat berkedudukannya seorang Yang Dipertuan Muda atau semacam Perdana Menteri Kerajaan Melayu Riau-Lingga, tetapi juga tempat kedudukan Sultan sejak tahun 1900 dengan segala macam pembangunan fisiknya; sebutlah di antaranya berbagai macam istana, mahkamah, rumah sakit, listrik, dan jaringan telepon yang tersedia sebelum abad ke-20.
Alkisah, nama pulau Penyengat muncul dalam sejarah Melayu pada awal abad ke-18 ketika meletusnya perang saudara di Kerajaan Johor-Riau yang kemudian melahirkan Kerajaan Siak di daratan Sumatera (masih di Riau). Pulau ini menjadi penting lagi ketika berkobarnya perang Riau (akhir abad ke-18) pimpinan Raja Haji Fisabilillah yang pada tahun 1997 diangkat sebagai pahlawan nasional. Raja Haji menjadikan pulau ini sebagai kubu penting yang dijaga oleh orang-orang asal Siantan, dari kawasan Pulau Tujuh di Laut Cina Selatan.
Cerita rakyat menyebutkan, nama pulau tersebut diambil dari nama binatang yakni penyengat (sebangsa lebah), semula dikenal sebagai tempat orang mengambil air dalam pelayaran di kawasan ini. Konon, suatu kali para saudagar yang mengambil air di situ diserang binatang tersebut. Pihak Belanda sendiri menjuluki pulau itu dengan dua nama yakni Pulau Indera dan Pulau Mars. Kini pulau itu lebih dikenal dengan nama Penyengat Inderasakti.
Pada tahun 1805, Sultan Mahmud menghadiahkan pulau itu kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah, sehingga pulau ini mendapat perhatian yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Perhatian itu semakin mantap dinikmati Penyengat, ketika beberapa tahun kemudian, Yang Dipertuan Muda Jaafar (1806-1832) memindahkan tempat kedudukannya di Ulu Riau (Pulau Bintan) ke Penyengat, sedangkan Sultan Mahmud pindah ke Daik-Lingga.
Dengan pengalamannya sebagai pengusaha timah di Semenanjung Malaya dan selalu berpergian ke berbagai tempat sebelum diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda, Raja Jaafar membangun Penyengat dengan cita-rasa pemukiman yang molek. Sejumlah pengamat asing menyebutkan, Penyengat ditata sebaik-baiknya tempat yang terlihat dari penyusunan pemukiman, keberadaan tembok-tembok, saluran air, dan jalan-jalan. Pada gilirannya, Sultan Abdurrahman Muazamsyah, tahun 1900 memindahkan tempat kedudukannya dari Daik ke Penyengat.
Setelah menolak menandatangani politik kontrak dengan Belanda dan melakukan berbagai macam bentuk perlawanan, Sultan Abdurrahman Muazamsyah diturunkan dari tahta oleh penjajah. Tak seorang pun orang Melayu yang bersedia menjadi Sultan setelah itu, Abdurrahman Muazamsyah bahkan mengilhami orang-orang Riau meninggalkan Penyengat menuju Singapura dan Johor tahun 1911. Hanya beberapa ratus orang penduduk dari 6.000 orang penduduk waktu itu yang tinggal di Penyengat setelah peristiwa tersebut.
Dengan demikian, bangunan-bangunan kerajaan terbiarkan, bahkan dijarah. Selentingan dari penduduk terdengar cerita tentang bagaimana di antara para bangsawan mengharapkan agar bangunan-bangunan yang ada hendaklah dirubuhkan daripada diambil oleh Belanda. Tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan terhadap Mesjid Sultan, malahan rumah ibadah ini dipelihara baik sebagaimana mestinya sebuah rumah ibadah.
***
SEBENARNYA, Mesjid Sultan di Pulau Penyengat sebagaimana disebutkan dalam Tuhfat al-Nafis (buku sejarah Melayu) karya Raja Ali Haji, dibangun seiringan dengan dihadiahkannya pulau tersebut kepada Engku Putri Raja Hamidah oleh Sultan Mahmud. Cuma saja, waktu itu, mesjid tersebut terbuat dari kayu. Raja Jaafar yang membangun Penyengat sebagai bandar modern hanya pernah memperlebar mesjid itu karena penduduk Pulau Penyengat semakin banyak.
Dalam buku Mesjid Pulau Penyengat yang disusun Hasan Junus disebutkan, pembangunan mesjid itu secara besar-besaran dilakukan ketika Raja Abdul Rahman memegang jabatan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga (1832-1844), menggantikan Raja Jaafar. Tak lama setelah memegang jabatan itu yaitu pada tanggal 1 Syawal tahun 1284 H (1832 M) atau 165 tahun yang lalu, setelah usai shalat Ied, ia menyeru masyarakat untuk ber-fisabilillah atau beramal di jalan Allah.
Caranya adalah dengan membangun mesjid di atas tapak mesjid yang lama. Suatu mesjid yang dapat meninggalkan zaman yaitu dapat digunakan mulai saat dibina sampai kepada anak cucu mendatang. Seruan ber-fisabilillah itu sangat kuat bergaung, setelah seruan serupa dikumandangkan dalam perang Riau, sehingga berduyun-duyunlah masyarakat datang dari berbagai tempat untuk bergotong-royong. Khusus pada sepekan pertama, para lelaki selain penjaga malam, dilarang keluar rumah agar siangnya dapat menyumbangkan tenaganya untuk mesjid. Akhirnya, pembuatan fondasi mesjid selesai dikerjakan selama tiga pekan.
Tidak saja tenaga, mereka juga menyumbangkan makanan seperti beras, sagu, dan lauk-pauk termasuk telur ayam. Makanan itu berlimpah-ruah, bahkan konon putih telur sampai tidak habis dimakan. Atas saran tukang pada bangunan induk mesjid, putih telur itu akhirnya dicampur dengan semen untuk perekat batu. Itulah sebabnya mengapa banyak masyarakat menyebutkan bahwa mesjid tersebut dibuat dari telur.
Kini kawasan mesjid itu berukuran 54,4 x 32,2 meter. Bangunan induknya adalah 29,3 x 19,5 meter, disangga oleh empat tiang. Lantai bangunannya dibuat dari batu bata tanah liat. Di halaman mesjid, terdapat dua buah rumah sotoh yang diperuntukkan bagi musafir dan tempat musyawarah. Selain itu terdapat juga dua balai, tempat orang biasanya menghidangkan makanan ketika kenduri dan untuk berbuka puasa yang disediakan pengurus mesjid setiap hari seperti juga tahun ini. Khusus bangunan induk, Raja Hamzah Yunus mengatakan, "Tidak ada perubahan semenjak pertama dibangun oleh Raja Abdul Rahman."
Tak pelak lagi, keberadaannya memang amat lain dibandingkan mesjid semula yang terbuat dari kayu. Seperti dikisahkan dalam Mesjid Pulau Penyengat, semula mesjid itu berlantai batu merah empat persegi, sedangkan dindingnya terbuat dari kayu cengal (Balanocarpus heimii) yang didatangkan dari Selangor (kini masuk Malaysia). Atapnya terbuat dari kayu bekian. Hanya terdapat sebuah menara setinggi 12 hasta, ditambah sebuah kubah berukuran 17 hasta. Mesjid ini diberi pagar hidup dengan pohon-pohonan yang tumbuh merimbun.
***
PATUTLAH diakui bahwa bentuk Mesjid Sultan di Penyengat kini sangat unik. Sulit bagi orang untuk menentukan asal arsitekturnya. Ada yang mengatakan, mesjid ini bergaya India berkaitan dengan tukang-tukang dalam membuat bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Singapura. Tetapi yang jelas, arsitektur mesjid merupakan gaya campuran dari berbagai wilayah budaya seperti Arab, India, dan Nusantara. Dalam dua kali pameran mesjid pada Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995) disebutkan bahwa Mesjid Sultan ini merupakan mesjid pertama di Indonesia yang memakai kubah.
Terdapat 13 kubah di mesjid itu yang susunannya bervariasi seperti ada "kelompok" kubah dengan jumlah tiga dan empat kubah. Ditambah dengan empat menara yang masing-masing memiliki ketinggian 18,9 meter, maka dapatlah dijumlahkan bahwa bubung yang dimiliki mesjid tersebut sebanyak 17 buah. Ini diartikan sebagai jumlah rakaat dalam shalat yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam dalam sehari semalam yakni subuh (dua rakat), zuhur (empat rakaat), asyar (empat rakat), maghrib (tiga rakaat), dan isya (empat rakaat).
Keunikan di dalam mesjid masih banyak. Paling menarik perhatian adalah terdapatnya mushaf Alquran tulis tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Mushaf ini ditulis oleh Abdurrahman Stambul tahun 1867. Ia adalah salah seorang putra Riau yang dikirim Kerajaan Riau-Lingga untuk menuntut ilmu di Istambul, Turki. Disebabkan tempat belajarnya, penulisan mushaf Alquran itu bergaya Istambul yang dikerjakannya sambil mengajar agama Islam di Penyengat.
Alquran tulis tangan lain yang ada di mesjid itu dan tidak diperlihatkan kepada umum, ternyata lebih tua yakni dibuat tahun 1752. Uniknya, di bingkai mushaf yang tidak diketahui penulisnya ini terdapat tafsiran-tafsiran dari ayat-ayat Alquran, bahkan terdapat berbagai terjemahan dalam bahasa Melayu terhadap kata per kata di atas tulisan ayat-ayat tersebut. Ini menunjukkan bahwa di sisi lain, orang-orang Melayu tidak saja menulis ulang mushaf, tetapi juga coba menerjemahkannya.
Tentu saja mushaf tersebut tidak dapat diperlihatkan kepada umum karena sudah amat rusak. Mushaf ini tersimpan bersama 300-an kitab dalam dua lemari di sayap kanan depan mesjid. Kita-kitab tersebut adalah sisa-sisa kitab yang dapat diselamatkan dari perpustakaan Kerajaan Riau-Lingga, Kutub Khanah Marhum Ahmadi, yang tidak terbawa bersama eksodusnya masyarakat Riau awal abad ke-20 ke Singapura dan Johor. Dalam suatu kunjungannya tahun 1970-an, Buya Hamka menilai bahwa buku-buku tersebut merupakan buku-buku penting yang tinggi nilainya dalam Islam.
Benda yang juga cukup menarik perhatian di mesjid ini adalah mimbar yang terbuat dari kayu jati. Sebuah sumber menunjukkan bahwa mimbar ini sengaja ditempah di Jepara, Jawa Tengah, sebanyak dua mimbar. Satu mimbar diletakkan di Mesjid Sultan di Penyengat ini, sedangkan mimbar lain yang berukuran lebih kecil, diletakkan pada mesjid di Daik. Jepara, memang sudah lama dikenal di Riau, bahkan misi dagang Riau yang dipimpin Raja Ahmad, sempat berada di wilayah itu tahun 1826. Di antara anggota misi ini adalah pujangga Raja Ali Haji yang keranda (peti mati) untuknya sempat juga dibuat di Jepara karena ia sakit keras ketika berada di situ.
Hasan Junus mengatakan, di dekat mimbar itu disimpan sepiring pasir yang dikatakan berasal dari Makkah al-Mukarramah, melengkapi benda-benda lain semacam permadani Turki dan lampu kristal. Pasir ini dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua yang dikenal sebagai bangsawan Riau pertama mengerjakan haji tahun 1820-an, hasil perdagangannya di Jawa sampai ke Betawi. Pasir tersebut senantiasa digunakan masyarakat dalam upacara jejak tanah, suatu tradisi menginjak tanah untuk pertama kali bagi kanak-kanak.
***
HUSNIZAR Hood dan Raja Hamzah Yunus mengaku, barangkali karena penampilan suasana dalam Idul Fitri dan lintasan sejarah yang dikandung Mesjid Sultan itu yang agaknya "mengusik" hati orang luar datang mengerjakan shalat Idul Fitri atau Jumat (lihat: Naksabandiyah dan Berbagai Kegiatan). Tetapi hal itu tentu tidak dapat diuraikan sebagaimana dikatakan Husnizar, "Saya tidak tahu bagaimana Nak menerangkannya. Kawan-kawan saya juga merasakan demikian, suatu ketenangan yang lain ketika berada di mesjid itu."
Pada gilirannya, kunjungan pendatang dari luar itu merupakan hikmah tersendiri bagi Mesjid Sultan. Ini terbukti banyaknya uang terkumpul dari infak dan sedekah pengunjung. Seorang pejabat Departemen Perhubungan di Jakarta beberapa tahun lalu sempat terkagum-kagum sambil mengatakan bagaimana sebuah mesjid yang berada di desa dengan mata pencaharaian penduduk adalah buruh dan pegawai negeri, memiliki kas di atas Rp 100 juta.
Keterangan terbaru menyebutkan, kas tersebut kini sudah membengkak menjadi Rp 200 juta lebih. Uang inilah yang dikelola untuk berbagai kegiatan seperti pendidikan keagamaan bagi kanak-kanak. Setiap bulan Ramadhan, pengurus menyediakan makanan berbuka puasa bagi 40 orang. Tak ada syarat untuk itu kecuali memang berpuasa dan memerlukannya. Selebihnya, dana tersebut diperlukan untuk memakmurkan mesjid.
Bayangkan saja, untuk memperindah mesjid, baru-baru ini dipasang lampu mewah pada dua menara mesjid seharga Rp 12 juta. Tak pelak lagi, dari Tanjungpinang, menara mesjid itu terlihat bagai mercusuar-seperti menjalani fungsi mercusuar sebenarnya agar orang tidak tersesat berlayar pada malam hari. Menaranya yang terang benderang terlihat seperti dua belah tangan yang mengaminkan doa ke langit, sekaligus mengingatkan orang akan wujud Allah.
Pengurus mesjid pula tampaknya tidak terlalu ortodoks terhadap pengunjung yang setiap hari mengunjunginya dalam angka relatif-dapat mencapai 1.000 orang pada hari Minggu atau pada hari libur. Mereka dipersilakan melihat-lihat keadaan mesjid setiap saat. Tentu saja, kegiatan melihat-lihat itu tidak lepas dari usaha agar tetap mengingatkan diri kepada Allah, sehingga seorang pengunjung tetap dituntut berlaku sopan. Pengunjung lelaki misalnya, tidak diperkenankan naik ke mesjid kalau hanya memakai celana pendek. Selain itu orang tidak dibenarkan mengambil foto di dalam mesjid.
Tak hanya sampai di situ. Fasilitas mesjid dapat digunakan untuk berbagai kegiatan sosial keagamaan. Dua balai yang berada di halaman mesjid, dapat dijadikan tempat diskusi keagamaan dan kebudayaan. Tahun lalu misalnya, pengurus membenarkan pengisi kegiatan Hari Raja Ali Haji mengadakan kegiatan di dalam kompleks mesjid seperti bimbingan penulisan kreatif dan latihan membacakan syair dan Gurindam Duabelas.
Ya, Mesjid Sultan merupakan salah satu dari belasan obyek wisata di Pulau Penyengat sebagai obyek wisata andalan Riau, apalagi dalam saat hari raya seperti sekarang. Tetapi untuk soal agama, Mesjid Sultan tidak bisa ditawar-tawar karena fungsinya tetaplah sebagai rumah ibadah. Mesjid ini seolah-olah hendak mengatakan bahwa pandangan terhadap dunia tidak mungkin ditutup, tetapi pandangan kepada akhirat tetap dibuka selebar-lebarnya.
Masjid Terbuat dari Telur
KETIKA Percil jalan-jalan ke luar Pulau Jawa beberapa waktu lalu, Percil sempat singgah di sebuah pulau kecil di Kepulauan Riau. Menurut cerita, di pulau kecil yang luasnya hanya 240 hektare dengan panjang 2 kilometer dan lebar 1 kilometer ini ada sebuah masjid yang sangat istimewa. Masjid tersebut dibuat dari telur. Wow! Bayangkan, berapa butir telur yang dibutuhkan untuk membangun masjid tersebut, ya?
Karena penasaran, Percil menyempatkan diri berkunjung ke sana. Dari Kota Tanjung Pinang Riau, Percil naik perahu kecil ke Pulau Penyengat, demikian nama pulau kecil tempat masjid tersebut. Perahu kecil yang bermuatan 10 hingga 20 orang itu dipenuhi penumpang dari berbagai tempat. Ada yang dari Jakarta, Batam, Medan hingga Singapura. Rupanya masjid dan pulau tersebut memang sudah cukup terkenal di kalangan wisatawan.
Ternyata cerita itu bukan omong kosong. Dari pelabuhan yang juga kecil, kita hanya berjalan sekira 200 meter untuk mencapai masjid tersebut. Begitu keluar dari jalan kecil sepanjang pelabuhan, kita langsung berhadapan dengan masjid yang berdiri megah dan kokoh itu, Masjid Raya Sultan atau bisa disebut juga Masjid Penyengat. Dari jauh masjid tersebut sudah tampak berkilauan karena warna kuning mendominasi masjid tersebut.
Setelah bertanya ke sana-sini, diperoleh cerita menarik tentang masjid ini. Penduduk pulau tersebut mayoritas kaum Muslim yang taat beribadah. Semula masjid tersebut terbuat dari kayu biasa. Namun, pada masa pemerintahan raja pulau Yang Dipertuan Muda Abdul Rahman (1803-1844), raja dan rakyatnya bertekad untuk beramal di jalan Allah (fisabilillah) dengan cara membangun masjid yang kokoh, di bekas masjid lama yang terbuat dari kayu tersebut.
Untuk keperluan itu dipanggillah orang-orang dari berbagai tempat baik dari sekitar Pulau Penyengat hingga orang-orang dari Selat (Singapura). Dari berbagai tempat bukan saja tenaga kerja yang didatangkan, melainkan juga berbagai persediaan makanan seperti beras, sagu, sayuran, ikan, kambing, ayam, dan telur.
Beberapa mandor yang memimpin tukang adalah orang-orang India yang berasal dari Singapura. Perhatian penduduk terhadap pembangunan masjid tersebut sangat besar sehingga tersedia begitu banyak makanan termasuk telur. Begitu berlebihannya telur, para tukang bangunan menyarankan agar putih telur yang berlimpah itu dicampur dalam adukan semen. Hal ini lazim dilakukan dalam pembangunan di India. Saran itu dilakukan. Hasilnya memang luar biasa. Bangunannya menjadi sangat kokoh dan kuat.
Tentang berapa ribu atau juta telur yang dipergunakan untuk pembangunan itu tak terlalu jelas. Namun, karena terbuat dari campuran telur itulah, masjid ini menjadi sangat membanggakan penduduk setempat. Cerita ini menyebar ke mana-mana sehingga banyak orang berdatangan untuk melihat dan meraba dinding masjid ini dengan penuh kekaguman.
Iyeth Bustami & Siti Nurhaliza
SEJAK awal Iyeth Bustami optimistis album Laksmana Raja di Laut bakal meledak. Sebab, dia memadukan musik tradisional zapin Melayu dengan musik dangdut yang sedang disukai. Keyakinannya terbukti. Album kesebelasnya meledak dan namanya disejajarkan dengan artis Melayu dangdut papan atas. Bahkan, dia disebut-sebut Siti Nurhaliza Indonesia. "Berlebih-lebihanlah, Siti, Siti, saya, saya," kata dia merendah.
Nama penyanyi yang digosipkan dekat dengan beberapa menteri ini juga masuk dalam nominasi SCTV Music Awards. Biduan asal Riau ini mengaku bangga menjadi nomine penghargaan dari stasiun Ngetop. Namun, artis bertubuh mungil ini tak berharap muluk untuk bisa menang. "Kalau memang suatu saat saya menang, itu surprise banget, pasti saya traktir teman-teman," kata dia tertawa. (Sumber: SCTV )
Pautan:
Iyeth Bustami Dapat Senjata untuk Gugat Balik
Nama penyanyi yang digosipkan dekat dengan beberapa menteri ini juga masuk dalam nominasi SCTV Music Awards. Biduan asal Riau ini mengaku bangga menjadi nomine penghargaan dari stasiun Ngetop. Namun, artis bertubuh mungil ini tak berharap muluk untuk bisa menang. "Kalau memang suatu saat saya menang, itu surprise banget, pasti saya traktir teman-teman," kata dia tertawa. (Sumber: SCTV )
Pautan:
Iyeth Bustami Dapat Senjata untuk Gugat Balik
20 Mei 2004
Penderaan paling kejam
Utusan Malaysia Online
KUALA LUMPUR 19 Mei - Kisah penderaan ke atas seorang pembantu rumah rakyat Indonesia semalam yang dizalimi tanpa hati perut - dijirus air menggelegak, ditekap seterika panas, dipukul dengan besi berbara tiada bezanya dengan perbuatan tentera penceroboh di penjara Abu Gharib, Iraq.
Cuma yang membezakannya ialah ia berlaku di Malaysia - negara yang kononnya mempunyai rakyat bertimbang rasa dan penuh kasih sayang.
Tetapi melihatkan gambar yang tertera di akhbar ini, di manakah perginya semua sifat itu? Persoalannya, apa sudah jadi dengan masyarakat kita?
Mengapakah manusia yang lemah seorang pembantu rumah yang mencuci punggung anak kita dan bermanja dengan mereka sanggup diperlakukan seperti binatang?
Nirmala Bonat, 19, warga Indonesia yang tiba di negara ini dengan harapan mencari nafkah halal, akhirnya terpaksa melarikan diri meminta pertolongan.
Gadis berasal dari Nusa Tenggara Timur, Kupang, Indonesia itu dipercayai didera teruk oleh majikan wanitanya sejak lima bulan lalu semasa bekerja di sebuah kondominium di Jalan Sultan Ismail di sini.
Mangsa, antara lain, melecur pada kedua-dua buah dadanya akibat ditekap dengan seterika panas.
Bahagian belakang badan mangsa melecur teruk disiram air panas.
Begitu juga kedua-dua belah tangannya melecur akibat direndam dalam air panas.
``Saya terpaksa melarikan diri selepas tidak tahan dipukul setiap hari oleh majikan sejak lima bulan lalu,'' katanya kepada wartawan hari ini setelah menerima perlindungan di Kedutaan Indonesia di sini.
Menurutnya, dia mula didera selepas tiga bulan bekerja dengan pasangan suami isteri yang mempunyai empat orang anak itu.
``Kali pertama saya didera berpunca dari kesilapan kecil iaitu memecahkan sebiji cawan menyebabkan majikan saya berang lalu menyimbah air panas ke badan saya.
``Sejak itu sekurang-kurangnya sekali sehari saya dipukul walaupun ia hanya melibatkan kesalahan remeh-temeh,'' ceritanya.
Nirmala menambah, dia datang ke Malaysia melalui ejen pekerjaan yang sah untuk bekerja sebagai pembantu rumah pada September 2003.
Sebelum dihantar bekerja, katanya, dia terlebih dahulu dikehendaki menjalani latihan oleh ejen berkenaan selama dua minggu.
``Selesai latihan saya terus dihantar bekerja dan tidak menyangka akan dilayan dengan buruk oleh mereka,'' ujarnya.
Menurut Nirmala, perbuatan kejam seperti disiram dengan air panas, dipukul dengan benda keras atau menggunakan besi panas, hanya dilakukan oleh majikan wanita berkenaan yang tidak bekerja.
Majikan wanitanya itu juga didakwa telah memaksa Nirmala menandatangani sepucuk surat yang mengatakan Nirmala mencederakan dirinya sendiri bagi mengelakkan perbuatan itu terdedah.
Tambahnya, suami majikan wanita itu yang bekerja dengan sebuah syarikat perdagangan, tidak berbuat apa-apa walaupun dia mengetahui tindakan kejam isterinya.
Berikutan tidak tahan dengan penderaan yang dilakukan, Nirmala bertindak nekad melarikan diri apabila mendapat peluang berbuat demikian semalam.
``Pada pukul 3 petang semalam majikan saya sekali lagi mendera saya dengan memukul kepala saya menggunakan cawan besi sehingga bengkak kerana tidak puas hati dengan pakaian yang digosok.
``Dalam kekecohan itu saya berkesempatan melarikan diri keluar dari rumah itu dan bersembunyi di salah satu tingkat kondominium tersebut sebelum ditemui seorang pengawal keselamatan,'' katanya.
Pengawal keselamatan di kondominium itu menghubungi polis yang kemudian mengambil Nirmala untuk membuat laporan sebelum dihantar ke Hospital Kuala Lumpur (HKL).
Selepas dirawat gadis itu diserahkan kepada Kedutaan Indonesia sementara menunggu siasatan polis.
Ketua Polis Daerah Dang Wangi, Asisten Komisioner Hadi Ho Abdullah mengesahkan polis telah menahan wanita majikan Nirmala berusia 34 tahun untuk membantu siasatan.
KUALA LUMPUR 19 Mei - Kisah penderaan ke atas seorang pembantu rumah rakyat Indonesia semalam yang dizalimi tanpa hati perut - dijirus air menggelegak, ditekap seterika panas, dipukul dengan besi berbara tiada bezanya dengan perbuatan tentera penceroboh di penjara Abu Gharib, Iraq.
Cuma yang membezakannya ialah ia berlaku di Malaysia - negara yang kononnya mempunyai rakyat bertimbang rasa dan penuh kasih sayang.
Tetapi melihatkan gambar yang tertera di akhbar ini, di manakah perginya semua sifat itu? Persoalannya, apa sudah jadi dengan masyarakat kita?
Mengapakah manusia yang lemah seorang pembantu rumah yang mencuci punggung anak kita dan bermanja dengan mereka sanggup diperlakukan seperti binatang?
Nirmala Bonat, 19, warga Indonesia yang tiba di negara ini dengan harapan mencari nafkah halal, akhirnya terpaksa melarikan diri meminta pertolongan.
Gadis berasal dari Nusa Tenggara Timur, Kupang, Indonesia itu dipercayai didera teruk oleh majikan wanitanya sejak lima bulan lalu semasa bekerja di sebuah kondominium di Jalan Sultan Ismail di sini.
Mangsa, antara lain, melecur pada kedua-dua buah dadanya akibat ditekap dengan seterika panas.
Bahagian belakang badan mangsa melecur teruk disiram air panas.
Begitu juga kedua-dua belah tangannya melecur akibat direndam dalam air panas.
``Saya terpaksa melarikan diri selepas tidak tahan dipukul setiap hari oleh majikan sejak lima bulan lalu,'' katanya kepada wartawan hari ini setelah menerima perlindungan di Kedutaan Indonesia di sini.
Menurutnya, dia mula didera selepas tiga bulan bekerja dengan pasangan suami isteri yang mempunyai empat orang anak itu.
``Kali pertama saya didera berpunca dari kesilapan kecil iaitu memecahkan sebiji cawan menyebabkan majikan saya berang lalu menyimbah air panas ke badan saya.
``Sejak itu sekurang-kurangnya sekali sehari saya dipukul walaupun ia hanya melibatkan kesalahan remeh-temeh,'' ceritanya.
Nirmala menambah, dia datang ke Malaysia melalui ejen pekerjaan yang sah untuk bekerja sebagai pembantu rumah pada September 2003.
Sebelum dihantar bekerja, katanya, dia terlebih dahulu dikehendaki menjalani latihan oleh ejen berkenaan selama dua minggu.
``Selesai latihan saya terus dihantar bekerja dan tidak menyangka akan dilayan dengan buruk oleh mereka,'' ujarnya.
Menurut Nirmala, perbuatan kejam seperti disiram dengan air panas, dipukul dengan benda keras atau menggunakan besi panas, hanya dilakukan oleh majikan wanita berkenaan yang tidak bekerja.
Majikan wanitanya itu juga didakwa telah memaksa Nirmala menandatangani sepucuk surat yang mengatakan Nirmala mencederakan dirinya sendiri bagi mengelakkan perbuatan itu terdedah.
Tambahnya, suami majikan wanita itu yang bekerja dengan sebuah syarikat perdagangan, tidak berbuat apa-apa walaupun dia mengetahui tindakan kejam isterinya.
Berikutan tidak tahan dengan penderaan yang dilakukan, Nirmala bertindak nekad melarikan diri apabila mendapat peluang berbuat demikian semalam.
``Pada pukul 3 petang semalam majikan saya sekali lagi mendera saya dengan memukul kepala saya menggunakan cawan besi sehingga bengkak kerana tidak puas hati dengan pakaian yang digosok.
``Dalam kekecohan itu saya berkesempatan melarikan diri keluar dari rumah itu dan bersembunyi di salah satu tingkat kondominium tersebut sebelum ditemui seorang pengawal keselamatan,'' katanya.
Pengawal keselamatan di kondominium itu menghubungi polis yang kemudian mengambil Nirmala untuk membuat laporan sebelum dihantar ke Hospital Kuala Lumpur (HKL).
Selepas dirawat gadis itu diserahkan kepada Kedutaan Indonesia sementara menunggu siasatan polis.
Ketua Polis Daerah Dang Wangi, Asisten Komisioner Hadi Ho Abdullah mengesahkan polis telah menahan wanita majikan Nirmala berusia 34 tahun untuk membantu siasatan.
09 April 2004
Khutbah Jumaat: khatib oh khatib (1)
Hari ini saya solat di Masjid Jami' Putra, Masjid Tanah. Seperti biasa khatib (pembaca khutbah), membaca dengan cara yang sungguh membosankan. Saya heran, mengapa khatib ini tidak mau buat homework? Bukankah teks khutbah itu sudah diterima sebelum membaca khutbah? Seharusnya beliau membacanya terlebih dahulu supaya tidak terjadi kesilapan-kesilapan yang tidak sepatutnya terjadi.
Hari ini dua kesalahan fatal yang saya temui: (1) pada bacaan penutup khutbah pertama, yakni "barakallahu li walakum ... dan seterusnya." (2) bacaan selawat ketika memulai doa pada khutbah kedua. Padahal bacaan ini adalah rutin yang sentiasa dibaca oleh khatib setiap khutbah!
Di Melaka, saya telah pergi ke berapa Masjid untuk berjumaat. Saya temui kesalahan-kesalahan serupa terjadi. Misalnya di Masjid Londang, Masjid Bertam Ulu, Masjid Cheng dan Masjid Daerah alor Gajah sebelum imam baru dilantik.
Apakah kerja mereka sebenarnya? Apakah kerja khatib ini boleh dibuat sambil lewa saja?
Hari ini dua kesalahan fatal yang saya temui: (1) pada bacaan penutup khutbah pertama, yakni "barakallahu li walakum ... dan seterusnya." (2) bacaan selawat ketika memulai doa pada khutbah kedua. Padahal bacaan ini adalah rutin yang sentiasa dibaca oleh khatib setiap khutbah!
Di Melaka, saya telah pergi ke berapa Masjid untuk berjumaat. Saya temui kesalahan-kesalahan serupa terjadi. Misalnya di Masjid Londang, Masjid Bertam Ulu, Masjid Cheng dan Masjid Daerah alor Gajah sebelum imam baru dilantik.
Apakah kerja mereka sebenarnya? Apakah kerja khatib ini boleh dibuat sambil lewa saja?
05 April 2004
HARI INI PEMILU DI INDONESIA
Hari ini pemilu diadakan di Indonesia. Ramalan pengamat politik mengatakan bahwa tiada satu pun partai yang mendapat mayoritas mutlak. Saya harap pemilu kali ini berjalan lancar. Semua mengaharapkan hasil pemilu ini akan mewujudkan stabilitas pemerintahan Indonesia agar era reformasi ini benar-benar dapat dinikmati hasilnya oleh rakyat kecil. Apakah harapan saya ini suatu utopia?
03 April 2004
Pengakuan Empat Anggota Jamaah Islamiyah
Malam tadi TV3 menyiarkan "Pengakuan Empat Bekas Anggota Jemaah Islamiah". Mereka menjawab soalan dua wartawan TV3, Zainal Arifin Ismail dan Kamaruddin Mape. Mereka menjawab dengan dengan tenang, tapi yang menghairankan mengapa Kamaruddin Mape mengajukan soalan-soalan seperti seorang penyiasat polis. Penonton merasa kurang selesa dengan cara Kamaruddin tersebut. Sepatutnya dia belajar dari rakannya yang begitu tenang, tapi meyakinkan, Zainal.
Pagi ini, Utusan Malaysia Online menyiarkan perihak anggota-anggota JI tersebut.
Pagi ini, Utusan Malaysia Online menyiarkan perihak anggota-anggota JI tersebut.
25 Mac 2004
21 Mac 2004
Pilihanraya Malaysia ke-11
Hari ini rakyat Malaysia menentukan pilihan mereka dala pilihanraya. Suasana di Bandar Masjid Tanah sepi. Perniagaan slow. Di kawasan perkampungan seperti Durian Tunggal, kawasan mengundi tampak agak ramai dan meriah. Siapa akan menang? BN?
18 Mac 2004
Katak atau Kodok, ah...sama saja
Beberapa hari yang lalu saya mendengar pelanggan saya berkata tentang "katak kodok". Saya pun heran karena selama ini saya hanya tahu bahwa katak atau kodok itu sama saja. Orang di jawa sering menyebutnya "kodok" sedangkan orang melayu di Riau menyebutnya "katak". Hari ini saya membaca artikel perihak katak atau kodok di situs indosiar seperti saya kutip sepenuhnya di bawah ini:
Katak atau Kodok, ah...sama saja
Reporter : Arni Gusmiarni - Mahfudz Mabruri
Cameraman : Joni Suryadi - Ahmad Hadiyin
indosiar.com - Suasana malam terlebih di musim hujan disebagian tempat di Indonesia kerap diwarnai dengan suara katak atau kodok. Sebagai binatang malam, katak atau kodok selalu bersembunyi di waktu siang dan baru jika sudah mulai gelap dan banyak serangga berterbangan yang mulai keluar diam-diam untuk mencari nafkah.
Sebagian besar katak adalah hewan nokturnal, dimana untuk melihatnya hanya bisa dilakukan pada malam hari. Waktu yang paling mudah untuk melihatnya adalah ketika mereka mencari pasangan untuk reproduksi.
Diantara ribuan jenis hewan amfibi yang tersebar diseluruh dunia, mungkin hanya kodok sawah Ranakankrifora yang paling kita kenal di Indonesia. Tidak hanya suaranya yang khas, hewan amfibia ini juga mengundang selera orang untuk menyantapnya. Dagingnya menjadi incaran, sehingga muncul para pencari kodok dan juga budidaya katak.
Seperti hari-hari sebelumnya, sebuah rumah di perkampungan Pondok Ungu, Hutan Satria, Bekasi, ramai oleh orang. Mereka adalah kelompok pencari kodok. Sejak siang, beberapa orang diantaranya tengah bersiap menempuh pekatnya malam untuk berburu kodok.
Persiapan yang dilakukan antara lain, memeriksa cabut semacam jala untuk menangkap kodok, memperbaiki anyaman jala yang goyang dan juga menyiapkan patromak sebagai alat penerang.
Para pencari kodok mulai bergerak sore hari sekitar pukul 16.00 dan biasanya akan kembali 12 jam kemudian sekitar pukul 4.00 pagi. Cuaca malam itu cerah, ini menjadi pertanda baik untuk mendapatkan hewan ambifi. Saat-saat seperti inilah kodok berkeliaran dan mudah ditemukan.
Gadini yang biasa disapa Pak Gondrong, telah mencari kodok sejak tahun 1971. Ia memiliki 30 orang anggota yang biasa mengisi malam dengan berburu kodok.
Ada dua jenis kodok yang biasanya dicari banyak orang yakni kodok sungai dan kodok sawah itulah sebutan kodok. Kodok sungai atau kodok batu, biasanya dijumpai di sungai, ukurannya besar dan harganya bisa mencapai 12 ribu rupiah per kilogramnya. Sementara kodok sawah yang ukurannya lebih kecil, cuman laku 7500 rupiah perkilogramnya.
Ketajaman mata bisa dibilang menjadi modal utama para pencari kodok ini. Dengan dibantu cahaya patromak, mereka menyusuri sungai dan pematang sawah memperhatikan dengan seksama hewan buruannya. Pekerjaan yang tak mudah, khususnya membutuhkan kesabaran dan ketelitian dan tenaga yang tidak sedikit.
Tidak jarang mereka harus masuk ke tengah sungai yang lumayan dalam. Ini dengan resiko terseret arus bila mendadak banjir dan juga digigit ular berbisa. Namun sekelompok orang pemburu kodok ini, menganggap resiko sebagai tantangan.
Sebagian pencari kodok ini, sebelumnya sempat mengadu peruntungan di daerah asalnya di Indramayu, Jawa Barat, juga mencari kodok. Namun semakin lama, kodok semakin sulit didapat. Habitat kodok berkurang, sementara pencari kodok justru bertambah.
Hijrah ke Jakarta bukan tanpa alasan. Harga jual kodok di Jakarta lebih tinggi dan kodok pun masih relatif mudah didapat. Kini perburuan kodok tidak hanya di Jakarta, terkadang hingga ke Bogor. Ini semata-mata karena kodok di Jakarta semakin menyusut, seiring berkembangnya kota.
Suara adzan Subuh terdengar saatnya kembali pulang. Biasanya disaat-saat seperti ini, pembeli telah menanti kedatangan mereka. Kelompok pak Gondrong malam itu memperoleh setengah kwintal kodok, kurang lebih sama seperti biasanya. Kodok-kodok ini ada yang dijual hidup-hidup, ada pula yang langsung dikuliti untuk dijual ke pasar.
Terbilang tidak sulit menjual kodok hasil tangkapannya. Pembelinya selalu ada. Umumnya mereka mengkonsumsi daging kodok ini untuk lauk dan obat. Sebagian daging kodok ini ada yang diekspor. Kodok sawah dan kodok batu amat bergantung pada alam. Tidak mudah dibudidayakan. Munculnya pencari kodok ini adalah sebuah jawaban buat mereka yang gemar dan membutuhkan kodok.
Desa Sigasari di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sempat menjadi tumpuan untuk mencari katak lembu di Jawa Timur. Di sini hewan amfibi ini di budidayakan. Awalnya, mereka hanya membudidayakan katak hijau dan katak sawah secara coba-coba. Namun keduanya amat bergantung pada alam, akhirnya budidaya katak ini gagal. Mereka pun langsung berpaling ke katak lembu bull frog ranau.
Dipilihnya katak jenis bull frog ini karena katak impor ini merupakan jenis katak yang biasa di budidayakan untuk diambil dagingnya. Pada tahun 1987, usaha budidaya katak ini ternyata memberikan hasil yang mengembirakan.
Meski sangat telah tumbuh bull frog sudah berhasil dibudidayakan apalagi minat orang untuk menekuni usaha ini tidak otomatis bisa. Kebanyakan ragu dengan peralatan yang membutuhkan perhatian khusus dan indasen.
Masa panen juga relatif lama, dari sekitar 5 bulan. Selain itu, modal awal yang ditanamkan juga relatif besar yang digunakan untuk pembuatan kolam, pembelian bibit dan pemeliharaan.
Namun perlahan melihat kesuksesan para petani katak, akhirnya banyak yang tertarik dengan usaha ini. Tak hanya di Malang, usaha budidaya katak lembu sempat berkembang di berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Telah tercatat 600 petani yang melakukan usaha budidaya katak. Meski teknis budidaya katak lembu sudah sepenuhnya dikuasai oleh para petani, tetapi mereka masing sering dihadapi beberapa persoalan penyakit yang menyebabkan kematian.
Katak lembu hasil budidaya di Malang hampir 80% di ekspor keluar negeri, Malaysia, Singapura dan Hongkong. Pengekspornya terbilang masih baik. Sayangnya harga katak lembu masih khawatir, sehingga kadang menciutkan hati para petani.
Pengembangbiakan atau ditangkap di alam, katak atau kodok tetap memiliki peluang. Kelezatan dagingnya mampu melupakan bentuknya yang kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.(Sup/Idh)
indosiar dot com - NEWS
Katak atau Kodok, ah...sama saja
Reporter : Arni Gusmiarni - Mahfudz Mabruri
Cameraman : Joni Suryadi - Ahmad Hadiyin
indosiar.com - Suasana malam terlebih di musim hujan disebagian tempat di Indonesia kerap diwarnai dengan suara katak atau kodok. Sebagai binatang malam, katak atau kodok selalu bersembunyi di waktu siang dan baru jika sudah mulai gelap dan banyak serangga berterbangan yang mulai keluar diam-diam untuk mencari nafkah.
Sebagian besar katak adalah hewan nokturnal, dimana untuk melihatnya hanya bisa dilakukan pada malam hari. Waktu yang paling mudah untuk melihatnya adalah ketika mereka mencari pasangan untuk reproduksi.
Diantara ribuan jenis hewan amfibi yang tersebar diseluruh dunia, mungkin hanya kodok sawah Ranakankrifora yang paling kita kenal di Indonesia. Tidak hanya suaranya yang khas, hewan amfibia ini juga mengundang selera orang untuk menyantapnya. Dagingnya menjadi incaran, sehingga muncul para pencari kodok dan juga budidaya katak.
Seperti hari-hari sebelumnya, sebuah rumah di perkampungan Pondok Ungu, Hutan Satria, Bekasi, ramai oleh orang. Mereka adalah kelompok pencari kodok. Sejak siang, beberapa orang diantaranya tengah bersiap menempuh pekatnya malam untuk berburu kodok.
Persiapan yang dilakukan antara lain, memeriksa cabut semacam jala untuk menangkap kodok, memperbaiki anyaman jala yang goyang dan juga menyiapkan patromak sebagai alat penerang.
Para pencari kodok mulai bergerak sore hari sekitar pukul 16.00 dan biasanya akan kembali 12 jam kemudian sekitar pukul 4.00 pagi. Cuaca malam itu cerah, ini menjadi pertanda baik untuk mendapatkan hewan ambifi. Saat-saat seperti inilah kodok berkeliaran dan mudah ditemukan.
Gadini yang biasa disapa Pak Gondrong, telah mencari kodok sejak tahun 1971. Ia memiliki 30 orang anggota yang biasa mengisi malam dengan berburu kodok.
Ada dua jenis kodok yang biasanya dicari banyak orang yakni kodok sungai dan kodok sawah itulah sebutan kodok. Kodok sungai atau kodok batu, biasanya dijumpai di sungai, ukurannya besar dan harganya bisa mencapai 12 ribu rupiah per kilogramnya. Sementara kodok sawah yang ukurannya lebih kecil, cuman laku 7500 rupiah perkilogramnya.
Ketajaman mata bisa dibilang menjadi modal utama para pencari kodok ini. Dengan dibantu cahaya patromak, mereka menyusuri sungai dan pematang sawah memperhatikan dengan seksama hewan buruannya. Pekerjaan yang tak mudah, khususnya membutuhkan kesabaran dan ketelitian dan tenaga yang tidak sedikit.
Tidak jarang mereka harus masuk ke tengah sungai yang lumayan dalam. Ini dengan resiko terseret arus bila mendadak banjir dan juga digigit ular berbisa. Namun sekelompok orang pemburu kodok ini, menganggap resiko sebagai tantangan.
Sebagian pencari kodok ini, sebelumnya sempat mengadu peruntungan di daerah asalnya di Indramayu, Jawa Barat, juga mencari kodok. Namun semakin lama, kodok semakin sulit didapat. Habitat kodok berkurang, sementara pencari kodok justru bertambah.
Hijrah ke Jakarta bukan tanpa alasan. Harga jual kodok di Jakarta lebih tinggi dan kodok pun masih relatif mudah didapat. Kini perburuan kodok tidak hanya di Jakarta, terkadang hingga ke Bogor. Ini semata-mata karena kodok di Jakarta semakin menyusut, seiring berkembangnya kota.
Suara adzan Subuh terdengar saatnya kembali pulang. Biasanya disaat-saat seperti ini, pembeli telah menanti kedatangan mereka. Kelompok pak Gondrong malam itu memperoleh setengah kwintal kodok, kurang lebih sama seperti biasanya. Kodok-kodok ini ada yang dijual hidup-hidup, ada pula yang langsung dikuliti untuk dijual ke pasar.
Terbilang tidak sulit menjual kodok hasil tangkapannya. Pembelinya selalu ada. Umumnya mereka mengkonsumsi daging kodok ini untuk lauk dan obat. Sebagian daging kodok ini ada yang diekspor. Kodok sawah dan kodok batu amat bergantung pada alam. Tidak mudah dibudidayakan. Munculnya pencari kodok ini adalah sebuah jawaban buat mereka yang gemar dan membutuhkan kodok.
Desa Sigasari di Kabupaten Malang, Jawa Timur, sempat menjadi tumpuan untuk mencari katak lembu di Jawa Timur. Di sini hewan amfibi ini di budidayakan. Awalnya, mereka hanya membudidayakan katak hijau dan katak sawah secara coba-coba. Namun keduanya amat bergantung pada alam, akhirnya budidaya katak ini gagal. Mereka pun langsung berpaling ke katak lembu bull frog ranau.
Dipilihnya katak jenis bull frog ini karena katak impor ini merupakan jenis katak yang biasa di budidayakan untuk diambil dagingnya. Pada tahun 1987, usaha budidaya katak ini ternyata memberikan hasil yang mengembirakan.
Meski sangat telah tumbuh bull frog sudah berhasil dibudidayakan apalagi minat orang untuk menekuni usaha ini tidak otomatis bisa. Kebanyakan ragu dengan peralatan yang membutuhkan perhatian khusus dan indasen.
Masa panen juga relatif lama, dari sekitar 5 bulan. Selain itu, modal awal yang ditanamkan juga relatif besar yang digunakan untuk pembuatan kolam, pembelian bibit dan pemeliharaan.
Namun perlahan melihat kesuksesan para petani katak, akhirnya banyak yang tertarik dengan usaha ini. Tak hanya di Malang, usaha budidaya katak lembu sempat berkembang di berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Telah tercatat 600 petani yang melakukan usaha budidaya katak. Meski teknis budidaya katak lembu sudah sepenuhnya dikuasai oleh para petani, tetapi mereka masing sering dihadapi beberapa persoalan penyakit yang menyebabkan kematian.
Katak lembu hasil budidaya di Malang hampir 80% di ekspor keluar negeri, Malaysia, Singapura dan Hongkong. Pengekspornya terbilang masih baik. Sayangnya harga katak lembu masih khawatir, sehingga kadang menciutkan hati para petani.
Pengembangbiakan atau ditangkap di alam, katak atau kodok tetap memiliki peluang. Kelezatan dagingnya mampu melupakan bentuknya yang kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.(Sup/Idh)
indosiar dot com - NEWS
15 Februari 2004
Selamatkan Riau
Selamatkan Riau
Selamatkan minyaknya
Selamatkan hutannya
Selamatkan lautnya
Selamatkan pasirnya
Selamatkan putra-putranya
riau.cc
Selamatkan minyaknya
Selamatkan hutannya
Selamatkan lautnya
Selamatkan pasirnya
Selamatkan putra-putranya
riau.cc
02 Februari 2004
22 Januari 2004
GONG XI FA CAI, KERA & ANGGOTA POLIS
Pada tahun baru Cina ini, Utusan Malaysia menyiarkan berita yang tidak enak dibaca:
Pertama,
Empat anggota polis ditahan setelah dipercayai terlibat merogol secara bergilir-gilir seorang wanita warga Indonesia di Jalan Mahmoodiah Johor Bahru, awal pagi semalam.
Kedua,
Seorang daripada dua perompak yang ditembak mati di Alliance Bank cawangan Taman Yayasan, Jalan Buloh Kasap, Segamat, disahkan sebagai Cif Inspektor Ahmad Shukri Hamid.
Sempena tahun kera ini, saya teringat kejadian seminggu yang lalu perihal tiga ekor kera yang bermain-main di pinggir jalan Simpang Bertam -- Masjid Tanah, di hadapan Pusat Latihan Rela.
Seekor di antaranya mati dilanggar kenderaan yang lalu di situ. Ketika saya melalui tempat itu, saya melihat pemandangan yang sungguh mengharukan. Salah seekor kera itu memegang ekor kera yang mati di tengah jalan dan mengheretnya ke pinggir jalan.
Begitulah perihal peri kebinatangan yang membela nasib kawan-kawan. Tapi aneh, seorang anggota polis yang diberi amanah menjaga ketenteraman awam tidak menjalankan amanah tersebut. Harapkan pagar, pagar makan tanaman.
Pertama,
Empat anggota polis ditahan setelah dipercayai terlibat merogol secara bergilir-gilir seorang wanita warga Indonesia di Jalan Mahmoodiah Johor Bahru, awal pagi semalam.
Kedua,
Seorang daripada dua perompak yang ditembak mati di Alliance Bank cawangan Taman Yayasan, Jalan Buloh Kasap, Segamat, disahkan sebagai Cif Inspektor Ahmad Shukri Hamid.
Sempena tahun kera ini, saya teringat kejadian seminggu yang lalu perihal tiga ekor kera yang bermain-main di pinggir jalan Simpang Bertam -- Masjid Tanah, di hadapan Pusat Latihan Rela.
Seekor di antaranya mati dilanggar kenderaan yang lalu di situ. Ketika saya melalui tempat itu, saya melihat pemandangan yang sungguh mengharukan. Salah seekor kera itu memegang ekor kera yang mati di tengah jalan dan mengheretnya ke pinggir jalan.
Begitulah perihal peri kebinatangan yang membela nasib kawan-kawan. Tapi aneh, seorang anggota polis yang diberi amanah menjaga ketenteraman awam tidak menjalankan amanah tersebut. Harapkan pagar, pagar makan tanaman.
Langgan:
Catatan (Atom)